Navy sudah pulang dari rumah sakit sejak kemarin sore, dokter mengatakan kondisi Navy sudah cukup setabil, tetapi ia masih harus menjaga pola makan dan pola hidup sehat. Navy bukan anak yang pemilih dalam hal makan, ia juga bukan anak yang suka menunda-nunda waktu makan. Hanya saja, sejak kepergian Sesilia hidup Navy benar-benar berantakan. Ia kesulitan beradaptasi, ditambah emosi Navy sedang tidak stabil karena banyak pikiran. Navy menjadi lebih sensitif dan mudah tersinggung.
Pagi itu setelah pelajaran bahasa Inggris, Bu Melda selaku guru mata pelajaran tersebut dan wali kelas dari kelas yang Navy tempati selama dua bulan ini menyampaikan sebuah pesan pada Navy sebelum ia berlalu keluar. "Navy, nanti pas jam istirahat tolong temui saya di ruang guru, ya?"
Meski diselimuti perasaan bingung, Navy tetap menganggukkan kepalanya pada wanita tersebut. "Baik, Bu."
Saat wanita tersebut telah pergi ruangan, kelas yang awalnya sunyi mendadak jadi ramai hanya dalam waktu beberapa detik saja. Beberapa siswa mulai berkumpul di satu titik untuk bermain game, beberapa yang lain memilih pergi ke kantin meski belum saatnya istirahat.
"Nav, Ar, nitip ga?" tanya salah seorang siswa laki-laki.
Navy dan Archer dengan kompak menggelengkan kepalanya, mereka akan ke kantin saat jam istirahat. "Ga dulu, gue sama Navy nanti aja."
Siswa itu pun langsung pergi dan disusul teman-temannya yang lain.
"Nav, Bu Mel manggil lo tadi mau bahas apa, ya, kira-kira?" tanya Archer yang turut penasaran dengan tujuan wali kelasnya memanggil Navy.
Navy yang sedang menyalin catatan Archer pun hanya menggelengkan kepala. Ia kini tengah sibuk menahan rasa sakit di kepalanya, ditambah entah mengapa pandangan Navy menjadi sedikit buram hingga membuat ia kesulitan menyalin catatan di papan tulis. Jadi dengan tidak tahu dirinya ia kembali merepotkan Archer dengan meminjam catatan teman sebangkunya itu.
"Lo masih sakit, Nav?" tanya Archer yang melihat Navy masih tampak pucat ditambah tangan Navy tampak bergetar saat menyalin catatan Archer.
"Gue udah sehat, kalo masih sakit ga bakal masuk sekolah," jawab Navy yang memberi senyum manis di akhir kalimatnya untuk meyakinkan Archer.
"Tapi lo keliatan masih lemes gitu," ujar Archer yang merasa iba dengan wajah pucat temannya.
"Laper, belum sarapan tadi."
Archer menghela napas. "Kalo laper ngapa ga nitip ke Fauzi tadi?" tanya Archer yang kesal dengan sikap Navy.
"Ga enak, gue pengen makan bakso, entar susah bawa mangkoknya." Tangan Navy berhenti mencatat, lalu ia mengembalikan buku Archer. "Entar juga mau istirahat, gampang."
"Serah lo, deh, cape ngomong sama orang batu kek lo!"
Tidak, Archer tidak marah. Ia hanya kesal dengan sifat tidak enakan yang tampaknya sudah mendarah daging dengan Navy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth [TERBIT]
De TodoNavy hanya ingin hidup seperti remaja pada umumnya. Bermain, belajar, dan menikmati hidup. Namun, takdir berkata lain, Navy hidup hanya untuk merasakan kehilangan dan kesepian. "Pa, tolong pulang sebentar saja. Demi Mama." - Navy Balveer Danendra Na...