BAB 38: Ma, Navy Bawa Papa dan Abang

1.3K 90 37
                                    

"Ingat pesan saya, ya, Navy? Kalau sudah ngerasa capek langsung bilang dan langsung balik ke sini lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ingat pesan saya, ya, Navy? Kalau sudah ngerasa capek langsung bilang dan langsung balik ke sini lagi."

Nasihat yang ia dapat dari Dokter Senja tentu saja ia jawab dengan senyuman dan anggukan penuh semangat. Hari ini akhirnya ia akan kembali datang mengunjungi rumah baru mamanya, yang berbeda adalah, ia tak datang sendiri, melainkan bersama keluarga barunya.

"Iya, Dokter udah bilang sepuluh kali, aku aja sampe hafal," jawab Navy dengan nada ceria, membuat senyum di bibir Dokter Senja semakin melebar.

"Saya seneng kamu jadi anak yang ceria gini, semangat terus, ya? Rajin minum obat dan makan yang cukup supaya minggu depan bisa operasi. Mau sembuh, kan?" Dokter Senja menutup bekas infus di tangan Navy, kemudian menepuk pelan bahu Navy dan menatap Raden yang berdiri di sebelah kursi roda Navy dengan hangat.

"Iya, Navy bakal nurut sama Dokter sama yang lain juga biar bisa cepet pulang ke rumah. Aku bosen lihat wajah sangar Dokter." 

Tawa Dokter Senja dan Raden sontak pecah, memenuhi ruang rawat Navy yang hanya diisi oleh tiga orang tersebut. Navy sendiri tidak tertawa, ia hanya tersenyum teduh, menampakkan raut wajah bahagia yang membuat suasana menjadi hangat.

"Kalo gitu saya dan Navy berangkat sekarang, ya, Dok. Terima kasih banyak atas bantuannya," Raden sudah berdiri di belakang Navy, bersiap mendorong kursi roda yang diduduki oleh putranya. "Ayo, udah siap, kan? Yang lain udah nunggu di mobil."

"Em, Pa ... kalo ga pake kursi roda boleh ga? Navy kayaknya kuat kalo cuma jalan sebentar aja," pinta Navy saat Raden hendak mendorong kursi rodanya.

Dokter Senja dan Raden saling tatap sejenak, sebelum  akhirnya Dokter Senja yang menjawab pertanyaan Navy. "Sebaiknya kamu pakai kursi roda, Navy ... nanti kalau kecapean kamu malah drop dan ga jadi buat operasi, kalau gitu kamu bakal lebih lama tinggal di sini." Dokter Senja memberi penjelasan selembut mungkin agar pemuda itu tidak merasa tersinggung akan penjelasannya. 

Navy paham, ia memang cukup lemah saat ini. Meski kini kepalanya sudah jarang terasa sakit, mimisan dan mual juga sudah tidak separah biasanya, Navy tahu jika semua itu karena ia meminum obat yang diberi Dokter Senja dengan teratur.

Andai tidak, mungkin kondisi Navy bisa semakin memburuk sekarang. Syukurlah semangat Navy untuk terus tetap hidup dapat kembali setelah membaiknya hubungan antara ia, Raden, dan, Jena. Archer, Naya, dan Naka juga turut berperan penting tentunya.

"Ya, udah gapapa. Tapi Nanti pas di makam Navy jalan aja gapapa, kan?" tanyanya lagi. "Navy ga mau Mama sedih karena Navy datang dalam keadaan kayak gini, Pa. Navy ga mau Mama ngerasa bersalah karena udah ninggalin Navy."

Dokter Senja dan Raden yang mendengar hal tersebut mau tak mau mengiyakan permintaan Navy. Tentunya masih dengan syarat jika Navy tidak boleh kelelahan.

"Oke, Dokter izinin, tapi inget kamu ga boleh kecapean, oke?" 

"Oke, Dok, makasih, ya!" 

Raden tersenyum hangat, mengusap rambut Navy, kemudian berpamitan pada Dokter Senja dan berlalu pergi meninggalkan ruangan yang sudah ditempati Navy selama dua belas hari tersebut.

Hiraeth [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang