BAB 14: Masih Rindu

920 79 20
                                    

Navy tidak jadi mengunjungi makam mamanya hari ini, ia merasa tak enak hati jika harus mengajak teman-temannya ke makan Sesilia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Navy tidak jadi mengunjungi makam mamanya hari ini, ia merasa tak enak hati jika harus mengajak teman-temannya ke makan Sesilia. Selain itu, Navy juga merasa tak nyaman jika teman-temannya mendengarkan ia bercerita dengan sang mama.

Kini ruang keluarga rumah Navy sudah diisi oleh enam pemuda yang membuat ruangan tersebut berantakan. Ya, pada akhirnya Archer juga mengajak Naka karena pemuda itu ngotot ingin ikut saat melihat dirinya berganti pakaian diantar oleh Atharis. Naka sendiri diantarkan oleh mamanya yang membuntuti Atharis dan Archer menggunakan mobil.

"Kakak lo berdua ga ikut?" tanya Jevas saat telah menyetel sebuah film action di televisi.

"Ga dikasih Papa, padahal tadi Kak Nathan mau ikut. Kata Papa disuruh belajar, soalnya udah kelas dua belas," jawab Naka yang mulutnya sudah penuh dengan kue kering buatan Sesilia. Masih dua toples yang tersisa, tetapi Navy memilih mengeluarkan satu untuk teman-temannya dan satu toples lagi ia simpan.

"Lah, lo juga udah kelas sembilan, boleh-boleh aja, tuh?" heran Maxius yang sudah cukup akrab dengan Naka.

"Aneh emang, dari dulu Papa tu kalo si Kakak mau main pasti ditanya-tanyain dulu. Beda kali, ya, perlakuan ke anak kandung sama anak tiri."

Archer sontak membulatkan matanya mendengar kalimat yang keluar dari mulut Naka dengan gampangnya. "Sembarangan kalo ngomong," katanya dengan nada terkejut.

Jevas dan yang lain pun tak kalah terkejut, tetapi mereka memilih diam agar tak memperpanjang permasalahan.

"Ya, namanya juga iri. Tapi santai, sih, gue. Papa sayang, kok, sama semua anaknya, cuma ke Kak Nathan agak beda dikit."

"Udah-udah, jangan dibahas lagi. Mending bahas yang lain," lerai Jevas saat merasakan hawa tak mengenakkan datang dari Archer dan Naka.

"Nav, ini kue buatan mama lo?" tanya Atharis setelah menelan kue kering yang ia rebut dari tangan Naka.

Navy menganggukkan kepalanya dengan antusias. "Iya, enakkan?" tanya Navy.

Teman-teman Navy sontak menganggukkan kepalanya. Mereka senang melihat wajah ceria Navy saat ia mulai menceritakan mamanya. 

"Terus toko kue mama lo gimana sekarang?" tanya Maxius.

"Tutup, Bang, gue juga ga mau kalau yang nerusin bukan Mama. Toko Mama dikenal karena rasa kuenya yang selalu konsisten, kalau bukan mama yang bikin pasti rasanya ga sama lagi. Gue ga mau nanti nama toko kue itu rusak. Lebih baik jadi kenangan dan diingat dengan citra baik yang Mama buat." Mata Navy berkaca-kaca saat menyelesaikan kalimat tersebut.

"Aduh, Bang Navy jangan sedih-sedih, dong, gue ga kuat mau nangis," rengek Naka yang ternyata wajahnya sudah memerah menahan tangis.

Navy terkekeh gemas, lalu mengusap surai Naka lembut. "Makanya, lo jangan bandel sama mama lo, kalo udah ga ada kek gue gini baru berasa nyeselnya."

Hiraeth [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang