Hari ini Navy bangun kesiangan, entah teguran seperti apa lagi yang akan Navy terima dari sekolah karena ia yang terlalu sering absen. Meski begitu, tampaknya Navy sudah tak lagi peduli, terlalu banyak pikiran membuat Navy merasa hidupnya kini tak tentu arah.
Navy terbangun dari tidurnya saat jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Navy memutuskan untuk mandi dan berjalan kaki menuju makam mamanya yang tak jauh dari rumah.
Menggunakan hoodie berwarna oranye dengan kombinasi hitam, Navy menutupi kepalanya dengan tudung hoodie-nya agar terhindar dari teriknya matahari siang ini. Sepanjang jalan ke makam mamanya, Navy hanya menunduk dan sesekali menendang batu kerikil kecil.
Navy menghela napas lega saat ia sudah memasuki gerbang pemakaman, tak lupa Navy membeli bunga dan air di dekat gerbang sebelum melangkah masuk ke area pemakaman.
Setelah melewati beberapa persimpangan, Navy berbelok ke arah kanan di mana letak makam mamanya berada cukup jauh dari gerbang. Di sana Navy dapat melihat makam mamanya tampak bersih, masih basah, dan terdapat bunga yang tampaknya masih baru.
Sejenak, Navy merasa heran karena siapa yang mengunjungi makam mamanya jika bukan Navy? Tetapi, lagi-lagi Navy tak acuh, ia memilih segera duduk di atas tanah, dan menyiram makamnya dengan air yang ia bawa.
"Assalamu'alaikum, Ma, Navy datang lagi. Tapi, maaf, Navy kayaknya ga bisa tepati janji Navy untuk datang bawa Papa dan Abang," ucap Navy lirih sembari terus menyiram makam mamanya agar basah. Setelah air yang Navy beli habis, Navy kemudian menaburkan bunga ke atas makam mamanya.
"Di sana gimana rasanya, Ma? Mama pasti udah bahagia, curang banget ga ngajak-ngajak Navy," Tangan Navy berhenti melakukan kegiatannya, dan beralih menghapus air mata yang mengalir di pipinya. "Maaf, ya, Ma. Navy masih sering nangisin Mama ...."
Navy duduk di sebelah makam mamanya, di atas tanah tak peduli jika pakaiannya kotor. "Dulu, kalo Navy duduk di atas tanah gini, Mama pasti marah karena nyucinya capek. Tapi sekarang ga bisa lagi Navy denger Mama marah." Navy tersenyum sendu, tangannya bergerak mengusap nisan mamanya yang tertulis nama sang mama.
"Sekarang baju Navy dicuci tukang laundry, Ma, wangi, sih, tapi rasanya kangen sama wangi detergen yang Mama pakai."
Navy menghabiskan banyak waktu untuk bercerita dengan mamanya, menceritakan semua kegundahan yang membuat ia sangat lelah menjalani hidup. "Navy capek banget, Ma. Maaf karena Navy pasti bikin Mama kecewa ...," ucap Navy, sepanjang berbicara air matanya sama sekali tak berhenti mengalir. "Navy bener-bener ga pernah bayangin Mama bakal tinggalin Navy." Navy tertawa pedih, kemudian kembali mengusap air matanya.
"Ma, Navy tau ini mungkin belum saatnya Navy menyerah, kan? Navy yakin ada maksud lain kenapa Tuhan kasih Navy ujian seberat ini. Tapi, Navy mohon, kalo udah waktunya, tolong segera jemput Navy, Navy kangen Mama ...."
Tak terasa, Navy menghabiskan setengah hari berbicara sendirian di makam sang mama. Navy bahkan sempat hampir tertidur sembari memeluk makam mamanya. Hingga saat matahari mulai turun, Navy melirik jam tangan yang ia kenakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth [TERBIT]
RandomNavy hanya ingin hidup seperti remaja pada umumnya. Bermain, belajar, dan menikmati hidup. Namun, takdir berkata lain, Navy hidup hanya untuk merasakan kehilangan dan kesepian. "Pa, tolong pulang sebentar saja. Demi Mama." - Navy Balveer Danendra Na...