"Sudah." Kata Hyunjin sambil menoleh ke arah Sia yang sedang duduk memandanginya dengan senyum manisnya.
Mereka sedang berada di studio lukis rumah Hyunjin.
"Kamu sudah selesai?" Tanya Hyunjin melihat Sia sudah duduk tenang dan meminum teh madu hangat yang dia pilih ke pelayan Hyunjin.
Sia mengangguk. Lalu berdiri dari kursinya.
"Kita akan menunjukkan lukisan dari lukisan pilihan kita dulu― bersama. Lalu kita akan menunjukkan lukisan pilihanku yang kamu lukis. Dan lukisanku tentang lukisan piihanmu."
"Selanjutnya kita menjelaskan tentang lukisan kita masing-masing." Kata Sia bersemangat.
Hyunjin mengangguk,
"Satu. Dua. Tiga." Sia dan Hyunjin menghitung bersama.
Lalu mereka menunjukkan lukisan mereka.
Hyunjin tampak kagum melihat lukisan Sia.
Sia melukis mata yang tampak indah dan hidup. Mata indah yang tampak bersinar. Orang akan tersenyum melihat mata yang indah itu. Namun ada tetasan air mata di pipinya, membuat Hyunjin ikut merasakan kesedihan yang dalam. Rasanya setelah melihat air mata itu, Hyunjin menyadari bahwa mata indah itu berpura-pura bahagia. Dan itu tampak begitu menyakitkan dan menyedihkan.
Hyunjin terdiam merasakan perasaan sedih melihat mata yang seakan menatapanya penuh cinta meski dia juga merasakan sakit disaat yang sama.
"Itu sangat menyakitkan meski awalnya aku merasa bahagia, Sia." Terlontar komentar Hyunjin yang membuat Sia tersenyum.
"Itu yang aku rasakan tadi."
"Aku merasakan bahagia melihat banyak warna meski di dominasi warna biru dan merah diatasnya. Lalu aku merasakan sakit dan pedih saat melihat goresan dan sapuan yang berbeda disetiap tarikan kuas yang pelukis itu gunakan. Rasanya dia menutupi semua yang dirasakan karena ada luka besar yang menyakitkan. Seolah-olah dia hidup dengan rasa sakit dan trauma itu seumur hidupnya." Jelas Sia pada interpretasi lukisan pilihannya.
Hyunjin berdiri dari duduknya. Dia meletakkan lukisan hasil interpretasi 'You'-nya. Lalu mendekat ke Sia dan memeluk Sia yang berdiri sambil memegang lukisannya.
"Maaf Sia. Maaf jika aku membuatmu terluka."
"Melihatmu di galeri dan menangis menatap lukisan itu― aku juga merasakan sakit yang sama. Aku kira yang kita rasakan sama. Ternyata berbeda."
Hyunjin melepas pelukannya lalu menuju lukisannya yang lain. Dia memegang dan menunjukkan lukisannya hasil intrepretasi lukisan 'Pain' pilihan Sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Untold
FanfictionDi depan orang yang mencintaiku, aku bahkan tidak bisa mengatakan bahwa aku mencintainya Itu menyakitkan Aku tak tahu seperti ini adanya Karena jantungku yang berdebar kencang di hadapanmu Itu membuatku ingin menghela nafas tanpa alasan Air mata yan...