Hyunjin tidak suka perasaan dibohongi. Dia benci mengetahui bahwa Sia menyembunyikan sesuatu darinya. Padahal setelah semuanya― setelah semua ungkapan cinta yang gadis itu berikan― Sia masih tetap diam dan tidak menyanggah kekalutannya, perasaan cemas dan gelisahnya.
Sedang Sia masih berdiri dan menatap punggung Hyunjin sambil menahan sesak di dadanya.
Pria-nya itu memang selalu bisa membuat Sia seakan-akan harus berlutut untuk memohon.
"Aku akan menjelaskan padamu saat semuanya sudah selesai dan jelas, Hyun. Aku tidak ingin kamu semakin salah paham jika aku menjelaskannya saat ini." Terang Sia yang terdengar sangat putus asa dan lelah.
Namun Hyunjin malah menggeleng.
"Mungkin kita memang perlu― perlu untuk memikirkan kembali hubungan kita."
Pria itu kemudian berbalik, melihat gadis di depannya yang menatapnya dengan tegas, namun juga terlihat rapuh itu.
"Menerimamu hari ini— rasanya terlalu terburu untukku-kan?"
Pertanyaan Hyunjin itu terdengar seolah-olah gadis di depannya adalah penyebab kesalahannya― kesalahan karena menerima pernyataan cinta Sia.
"Hwang!" Tegur Sia sedikit membentak.
Hancur sudah ikatan tipis yang ingin Sia pertahankan itu.
"Anggap aku tidak pernah menerimamu." Lancar Hyunjin mengatakan sesuatu yang bermakna perpisahan bagi mereka, padahal baru siang tadi Hyunjin dengan yakin menerima Sia.
Gadis itu menangis tanpa suara. Air matanya mengalir begitu deras tanpa bisa di cegah. Perasaannya tersayat ucapan tajam Hyunjin, meninggalkan luka dalam yang semakin memporak-randakan perasaan kalutnya.
"Kamu— Sebenarnya bagaimana perasaanmu padaku, Hyun? Kenapa mudah sekali mempermainkan aku." Kata Sia berusaha menahan isakannya.
Hyunjin terdiam sesaat lalu mengambil nafas berat sebelum menjawab, "Aku― Aku nyaman didekatmu seperti yang aku bilang."
"Tapi saat ini― rasanya aku membencimu."
DEG
"Kamu tampak seperti gadis yang pintar mempermainkan banyak laki-laki." Kata Hyunjin sambil mengalihkan pandangannya.
Tanpa dia sadari, Sia mati-matian menahan amarah dan sakit hatinya.
"Aku benci dibohongi."
"Kamu kesal saat aku bercanda tentang perjodohan dan menyusul orang tuaku ke Jepang. "
"Tapi nyatanya kamu sudah ada rencana ke Jepang tanpa memberi tahuku alasannya."
"Bahkan kamu tidak membantah akan bertemu laki-laki lain disana." Kata Hyunjin sambil membalikkan badannya.
Perasaan menyesakkan yang sangat Hyunjin benci itu membuat si pria muak. Dia tidak lagi bisa berpikiran jernih. Sedari tadi dia juga mati-matian menahan rasa gelisah dan kalutnya, dia juga sama terlukanya saat Sia lebih memilih untuk membatalkan kepergiannya daripada menjelaskan alasannya.
Suara hembusan nafas berat Sia terdengar sangat menyiksa. Gadis itu mencoba menahan amarahnya― menenangkan dirinya sendiri untuk menahan sakit hatinya. Dia memahami ketidaknyamanan Hyunjin tentang hal yang saat ini masih ingin Sia tutupi.
Dia hanya tidak ingin memberitahu kekasihnya saat ini. Rasanya— waktunya belum pas. Takut jika hal tersebut malah membuat kesalahpahaman mereka semakin membesar.
"Hyun— aku berjanji akan menjelaskan padamu setelah dari Jepang. Aku juga ingin menceritakan semua tentangku― namun untuk saat ini, sepertinya aku belum bisa menjelaskannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Untold
FanfictionDi depan orang yang mencintaiku, aku bahkan tidak bisa mengatakan bahwa aku mencintainya Itu menyakitkan Aku tak tahu seperti ini adanya Karena jantungku yang berdebar kencang di hadapanmu Itu membuatku ingin menghela nafas tanpa alasan Air mata yan...