Chapter 25 🔞

12 6 0
                                    

Kunci mobil sudah terbuka, tangan Sia sudah memegang pintu mobilnya— sudah akan pergi meninggalkan kekasihnya itu setelah rasa sakit patah hati yang dia rasakan.

Namun Hyunjin dengan kaki panjangnya segera menyusul Sia yang sudah berlari kencang. Pria itu langsung menarik tangan gadisnya, menghadapkan Sia ke tubuhnya dan langsung memeluk erat kekasihnya itu.

Sia yang masih menangis berontak— ingin Hyunjin melepaskan rengkuhannya, berusaha mendorong tangan sang kekasih yang mendekapnya namun ikatan tangan cinta pertamanya itu semakin mengerat.

"Menangislah." Ucap Hyunjin lirih sambil mengelus lembut punggung Sia.

Pria itu mengelus puncak kepala Sia, sesekali mengecupnya― seakan memberikan perasaan tenang dan nyaman untuk kekasihnya dan dirinya.

Setidaknya itu yang bisa Hyunjin lakukan untuk menenangkan gadisnya saat ini.

Jika perkataannya tidak bisa dia kendalikan, jika nada suaranya tidak bisa dia atur, jika perasaannya yang meragu semakin mempengaruhinya― setidaknya pelukan, dekapan, rengkuhannya pada sang kekasih bisa meredakan semua kegelisahan, keresahan yang mengganggunya dari semalam.

Tepukan lembut pada punggungnya, kecupan pada puncak kepalanya dan rengkuhan erat Hyunjin pada tubuhnya, membuat Sia perlahan membiarkan rasa hangat, nyaman dan tenang menyelimuti perasaannya.

Dekapan Hyunjin ternyata masih mampu menyelamatkannya dari rasa sesak di paru-parunya, rengkuhan Hyunjin masih bisa membuat isak tangisnya sedikit mereda.

Meski rasa sakit hati, patah hati yang Sia rasakan masih membekas di hatinya.

"Maaf― Aku-" Ucapan Hyunjin terhenti saat Sia mulai memukul dada Hyunjin beberapa kali, meski tidak terlalu keras.

"Dasar jahat!" Kata Sia yang masih sedikit terisak itu.

Hyunjin tersenyum mendengar perkataan gadisnya yang seakan sedang meluapkan marahnya.

Dia sangat lucu dan menggemaskan. Bagaimana aku bisa tidak menyukai gadis seperti ini? Bagaimana bisa aku melepaskan wanita yang membuatku se-berdebar ini? Bagaimana aku akan hidup jika aku harus kehilangannya lagi? Bagaimana bisa aku masih meragukan perasaanku padanya? Batin Hyunjin.

Tangan Sia pada dadanya Hyunjin genggam, dia tarik agar melingkar pada pinggangnya.

Sebelum akhirnya Hyunjin semakin mendekap gadisnya, mengelus pelan punggung Sia dan sesekali menepuknya lembut― meredakan tangisan sang kekasih yang sepertinya mulai mengalir lagi.

"Kenapa membentakku, Hyun? Dasar jahat!" Rengek Sia di tengah tangisnya.

Gadis itu juga mengeratkan pelukannya, membuat kedua tubuh mereka menyatu tanpa jarak.

"Menangislah. Kalau sudah tenang― mari kita bicara." Ucap Hyunjin kembali mengecup puncak kepala gadisnya.

"Seharusnya aku yang marah. Seharusnya aku yang berteriak. Seharusnya aku yang membentakmu. Seharusnya aku bisa—" Sia menggumam dalam tangisnya.

Namun Hyunjin bisa mendengarnya dengan jelas, perasaan sakit hati dan juga sesak yang gadisnya rasakan.

Akhirnya Yoon Sia berhenti berucap dan memilih diam untuk menenangkan perasaannya.

Usapan tangan Sia pada punggung kekasihnya menyadarkan Hyunjin yang sejenak tenggelam dalam pikiran resah gelisahnya.

"Sudah tenang?" Tanya Hyunjin kemudian.

Sia mengangguk pelan, masih dalam dekapan Hyunjin.

Pria itu mendorong tubuh Sia, melepas pelukannya dan melihat wajah si gadis. Mata kekasihnya tampak sembab padahal baru beberapa menit menangis. Hidung dan pipinya juga memerah.

Love UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang