Chapter 8

11 6 0
                                    

Sia mundur beberapa langkah dan berbalik saat tubuhnya terbentur meja. Dia tidak berani membalikkan diri sebelum di dekat meja. Sia takut kejadian sore tadi terulang lagi.

Saat dimana Sia mengecup Hyunjin namun pria-nya menarik dan malah memberikan ciuman indah yang tak akan terlupakan.

Rasanya gadis itu belum siap berciuman dengan Hyunjin lagi. Entah apa alasannya. Hanya saja— Sia ingin dicintai. Sia ingin Hyunjin menginginkannya. Sia ingin ciuman yang memiliki arti perasaan mereka. Bukan hanya ciuman karena— nafsu?

Tidak! Bukan maksud Sia mengatakan Hyunjin adalah pria seperti itu. Hanya saja, Sia belum yakin bahwa Hyunjin juga menyukainya. Jadi jika mereka kembali berciuman— bukankah rasanya Sia menjadi gadis yang— murah? Walaupun memang sudah dua kali Sia mengecup bibir Hyunjin lebih dulu.

"Sia―" Langkah kaki Hyunjin terdengar mendekati si gadis. Membuat debaran hebat di jantung Sia lagi. Dia segera membalikkan tubuhnya ke arah Hyunjin dengan cepat dan memberikan segelas cola yang tadi sudah dia siapkan.

"Minumlah, Hyun!" Kata Sia dengan pipi memerah menahan malu dan gugup.

Dia gugup dan cemas― takut Hyunjin akan mendekat untuk mencuri ciumannya lagi.

Hyunjin terkejut dengan sikap Sia yang tiba-tiba memberi batasan. Seolah gadis itu takut akan berciuman lagi dengan Hyunjin. Pria itu menerima gelas dari Sia dan hanya memegangnya.

Apa aku tidak pandai berciuman? Apa terlalu ketara bahwa itu ciuman pertamaku? Apa aku tadi terlalu memaksanya? Apa setelah aku menciumnya tadi— dia tidak lagi menyukaiku? Tidak! Dia baru saja mengatakan menyukaiku. Ah— tidak. Dia mengatakan itu tentang makna lukisannya. Tapi—

Hyunjin bertarung dengan pikirannya sendiri melihat sikap Sia yang berbeda.

Pria itu meletakkan gelas yang diberikan Sia ke meja, di samping tempat Sia berdiri bersandar.

"Sia— aku—" Ujar Hyunjin terhenti oleh perkataan Sia.

"Besok— Bagaimana jika besok kita ke Galeri Hyundai bersama?" Tanya Sia berusaha mengalihkan apapun yang akan diucapkan Hyunjin.

Gadis ini memberi batas. Tapi dia juga masih menarik garis. Apa maksud tindakanmu ini Sia? Batin Hyunjin menatap penasaran pada Sia.

Sia yang menyadari Hyunjin menatapnya itu pun memilih menunduk.

"Jika kamu merasa terganggu dengan ajakan ku— tidak perlu, Hyun. Aku hanya ingin—" Ujar Sia terhenti.

Dia bingung menjelaskan karena terlalu gugup. Dia takut ucapannya akan membuat Hyunjin kembali meragu, dia takut jika perasaannya akan membuat Hyunjin kembali menjaga jarak. Tapi―

"Lebih baik kita pergi sendiri saja. Akan membosankan jika ke galeri bersamaku." Ujar Sia pada Hyunjin namun lebih seperti gumaman pada dirinya sendiri.

Hyunjin masih terdiam berusaha mencerna sikap tarik ulur Sia padanya. Dia ingin mengutarakan perasaannya, tapi jika Sia menjaga jarak― membuat batasan seperti ini Hyunjin kembali mundur.

Merasakan suasana yang cukup canggung, Sia berjalan ke arah tasnya, menghindari Hyunjin yang ada tepat di hadapannya. Gadis itu mengambil tasnya yang dia letakkan di samping kursi depan easelnya.

"Hyun― Aku pulang."

"Terima kasih sudah mengundangku ke rumahmu dan mengijinkanku melukis bersama."

"Aku akan membawa lukisanku— jika boleh." Ujar Sia masih menunduk tidak berani menatap Hyunjin.

Hyunjin masih terdiam mengamati sikap Sia. Perasaannya campur aduk. Hyunjin tidak pernah merasakan perasaan serumit ini, perasaan berdebar sejak mereka ke rumahnya, perasaan menggebu saat mereka berciuman, perasaan bersemangat saat melukis, perasaan aneh saat Sia tiba-tiba menjaga jarak darinya, setelah kecupan singkat yang kembali menggetarkan hatinya― Sia terasa begitu jauh dari gapaiannya. Ada apa? Dimana letak kesalahannya? Apa karena lukisanku? Atau karena ciumanku? Atau―

Love UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang