"Hyun, kamu mau langsung pulang seperti biasanya?" Tanya Sia yang tiba-tiba sudah berjalan di samping Hyunjin. Nada suaranya sangat ceria dan bersemangat.
Hyunjin yang terkejut itu pun memilih hanya diam. Dia mengacuhkan Sia lagi yang seharian ini selalu mengikutinya dan tetap berjalan keluar kampus menuju ke arah halte bus.
"Aku temani ya?" Tanya Sia masih ceria dan bersemangat meskipun masih didiamkan Hyunjin.
Sia tetap berusaha berjalan disamping Hyunjin meski dengan susah payah dia mengimbangi langkah kaki Hyunjin yang lebih lebar darinya karena perbedaan tinggi mereka yang jauh berbeda.
Hyunjin dengan tinggi 179 cm-nya sedangkan Sia hanya 165 cm.
"Hyun. Tunggu! Bisakah jalanmu lebih pelan?" Tanya Sia dengan nafas sedikit terenggah-enggah.
Langkah kaki Hyunjin sedikit melambat meski dia bersikap sok acuh. Sia tersenyum manis melihat perubahan langkah Hyunjin yang mulai melambat itu― membuat tangannya menggapai, menarik pelan dan memegang ujung tas Hyunjin agar bisa berjalan di sampingnya. Karena meski langkah kaki Hyunjin sudah melambat, tapi tetap membuat Sia berjalan cepat.
Hyunjin tersenyum dalam hati mengetahui gadis kecil di sampingnya itu kewalahan mengikuti langkahnya. Meski berat tasnya bertambah karena dijadikan pegangan Sia, Hyunjin membiarkan gadis itu melakukan apa yang dia mau. Toh lama-lama gadis itu akan lelah dengan semua sikap acuh Hyunjin dan pergi dari sisinya― sama seperti semua orang yang selalu mendekatinya selama ini.
Banyak mata menatap Sia yang dengan berani berjalan disamping Hyunjin bahkan memegang tas pria idaman kampus itu. Meski Sia dan Hyunjin tidak tampak layaknya pasangan kampus yang sedang berjalan berdampingan― kerena lebih tampak seperti anak kecil yang ikut ayahnya belanja dan takut hilang sehingga memegang tas ayahnya dengan begitu kuat, membuat banyak pasang mata gemas melihat tingkah lucu mereka. Tapi tidak sedikit juga yang menatap mereka dengan tatapan cemburu dan marah, baik para gadis maupun pria yang melihat kemesraan dua manusia itu.
Sepanjang perjalanan Sia dan Hyunjin keluar kampusnya― menuju halte bus, banyak yang membicarakan perbuatan gadis yang menyatakan perasaannya pada Hyunjin di dalam kelasnya tadi.
"Bukankah dia sudah ditolak? Dasar tidak tahu malu, masih saja mengikuti Hyunjin."
"Gadis secantik Sia ditolak Hyunjin? Dasar sok tampan. Jika aku orangnya― pasti sudah aku terima."
"Kenapa dia masih mengikuti Hyunjin sih? Pasti Hyunjin risih dan kesal."
"Sia harusnya menerima pernyataan cintaku saja. Kenapa mengejar pria sok cool itu?"
Namun ada juga yang mendukung Sia dan Hyunjin.
"Mereka sangat manis. Sangat serasi."
"Iya. Si pria yang tampan tapi dingin. Sedangkan gadisnya cantik dan hangat."
"Aku berharap mereka bisa menjadi Best CC."
Hyunjin dan Sia tentu saja bisa mendengar semua pembicaraan dan suara bisikan tentang mereka karena keduanya sama-sama terdiam― sama-sama tenggelam dalam pikiran masing-masing.
"Bagaimana mereka bisa tahu? Sepertinya berita cepat sekali tersebar." Gumam Sia pada dirinya sendiri.
Namun Hyunjin bisa mendengarnya, membuatnya tersenyum dengan gumaman lirih dari si polos Sia.
Wajah dan sikap Hyunjin memang tidak pernah menunjukkan perasaan risih saat menjadi bahan pembicaraan karena dirinya sudah terbiasa. Sejak kecil dia akan selalu menjadi pusat perhatian apapun yang dia lakukan bahkan ketika dirinya tidak melakukan apapun. Tapi bagaimana dengan Sia―? Sepertinya gadis itu juga sering mendapat banyak sorotan. Sejak Hyunjin mengamati lukisan gadis itu― tanpa dia sadari― dia juga melihat Sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Untold
FanfictionDi depan orang yang mencintaiku, aku bahkan tidak bisa mengatakan bahwa aku mencintainya Itu menyakitkan Aku tak tahu seperti ini adanya Karena jantungku yang berdebar kencang di hadapanmu Itu membuatku ingin menghela nafas tanpa alasan Air mata yan...