Hyunjin turun dari kursi pengemudi mobil Sia di depan rumahnya. Pria itu sengaja tidak menolak permintaan gadisnya untuk kembali mengantarkannya pulang, tidak mau jika Sia-nya semakin gelisah.
Sia yang sebelumnya duduk di kursi penumpang pun turun untuk berpindah ke kursi pengemudi. Gadis itu menatap Hyunjin dengan tatapan sedih, masih tampak cemas akan kehadiran sosok wanita yang mengganggu mereka siang tadi.
"Aku sungguh akan menghubungimu jika gadis itu benar-benar dirumahku― Sia." Tegas Hyunjin menenangkan kekasihnya yang tampak sekali tidak nyaman.
Hyunjin menarik kekasihnya itu dalam dekapannya, mencoba menenangkan perasaan Sia dan juga perasaannya sendiri yang semakin kacau. Karena Sia dan juga sosok wanita itu.
"Terima kasih sudah mengantarkan ku." Kata Hyunjin lembut sambil mencium puncak kepala Sia.
"Kamu yang mengemudi sendiri." Balas Sia mendongak menatap wajah Hyunjin.
"Tapi aku mengendarai mobilmu." Ucap Hyunjin sambil tersenyum lalu mencium pipi Sia.
Sia tersenyum akan sikap lembut Hyunjin, "Aku bahagia menghabiskan waktu bersamamu. Walaupun hanya sebentar." Ungkap Sia sambil menyandarkan kepalanya di dada Hyunjin.
"Kita bersama seharian ini, Sia." Kata Hyunjin tersenyum.
"Tapi aku ingin selalu bersamamu."
"Tidak bisakah kita tinggal bersama saja, Hyun?" Tanya Sia tiba-tiba, dia mencoba menggoda kekasihnya itu.
Hyunjin terkejut mendengar pertanyaan Sia. Tubuhnya menegang mendengar godaan gadisnya. Perasaan pria itu tiba-tiba tidak nyaman, entah karena dia menyukai godaan Sia meski merasa malu― atau malah membenci godaan Sia karena terlalu blak-blakan. Hyunjin belum bisa mencerna perasaannya yang tiba-tiba itu.
"Jangan terkejut. Aku hanya bercanda, Hyun." Lanjut Sia ketika merasa tubuh Hyunjin menegang mendengar pertanyaannya.
Gadis itu melepaskan pelukannya, "Aku mencintaimu Hwang Hyunjin." Ucap Sia lalu mengecup bibir Hyunjin, mencoba memberikan ketenangan.
Namun Hyunjin hanya terdiam. Perasaan tidak nyaman masih memenuhi dadanya. Dia bingung harus mengatakan apa atau sekedar berbuat bagaimana, pria itu masih memproses perasaan asing yang menguasai dirinya.
"Kamu tidak mau mengatakan apapun, Hyun?" Tanya Sia menatap kekasihnya yang tiba-tiba terdiam.
Hyunjin tersenyum dengan canggung. Berusaha menyembunyikan ketidak-nyamanannya.
"Jemputlah mamamu. Lalu segera pulang dan beristirahatlah." Balas Hyunjin sambil membelai rambut Sia.
"Hanya itu?" Tanya Sia lagi dengan nada kecewa.
"Kita sudah tiga puluh dua hari berpacaran. Kamu belum bisa mengatakan mencintaiku?" Lanjut Sia menatap Hyunjin.
Hyunjin tampak berusaha tersenyum meski Sia bisa melihat ada perubahan dari sikap dan senyuman kekasihnya itu.
Apa candaanku untuk tinggal bersama membuatnya merasa tidak nyaman? Batin Sia menatap Hyunjin.
"Hyun―"
"Sudah malam. Hati-hati dijalan." Jawab Hyunjin memotong ucapan Sia. Pria itu memeluk kekasihnya dan membuka-kan pintu mobil untuknya.
Sia ingin mengatakan jika ucapannya hanya candaan, sama sekali tidak ada maksud untuk membuat Hyunjin merasa tidak nyaman. Namun Hyunjin segera mengakhiri perkataannya, Hyunjin yang belum bisa mengatakan jika dia mencintainya membuat Sia mengurungkan niatnya, dia tidak mau seakan memaksa kekasihnya itu.
Berada dalam dekapan Hyunjin, melukis bersama dengan cinta pertamanya, saling menggenggam tangan saat berjalan bersama, mengecup bibirnya yang lembut, mengelus pipinya― dan semua hal yang Sia lakukan dengan Hyunjin selama sebulan lebih itu sudah lebih dari cukup untuknya. Dia sudah cukup bersyukur saat pria-nya mengatakan bahwa dia menyukai Sia, bahwa dia memiliki perasaan yang sama dengannya, meski belum bisa mengatakannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Untold
FanfictionDi depan orang yang mencintaiku, aku bahkan tidak bisa mengatakan bahwa aku mencintainya Itu menyakitkan Aku tak tahu seperti ini adanya Karena jantungku yang berdebar kencang di hadapanmu Itu membuatku ingin menghela nafas tanpa alasan Air mata yan...