Senin yang cerah dengan perasaan Hyunjin yang masih berantakan. Sia tidak bisa dihubungi sejak malam itu. Ponselnya juga tidak aktif. Ketidakhadiran Sia dalam hidup Hyunjin beberapa hari terakhir mampu membuat Hyunjin merasa patah hati. Perasaan suka yang Hyunjin yakini dia rasakan pada Sia perlahan berubah menjadi perasaan rindu yang menyesakkan.
Hyunjin menelepon bundanya kemarin malam. Dia meminta ijin untuk membawa mobil pemberian orang tuanya ke kampus. Membuat bundanya terkejut namun bahagia karena Hyunjin akhirnya mau memakai kendaraan hadiah ulang tahun untuk anak tunggalnya itu― dua tahun yang lalu.
Pria itu sudah bersiap sejak pagi meski jadwal kuliah baru jam sepuluh nanti. Dia berencana menemui Sia dan menanyakan kenapa kekasihnya itu hingga dua hari ini tidak bisa dihubungi. Panggilannya tidak bisa terhubung, begitu juga pesannya yang sama sekali tidak ada balasan dari sang pacar pertamanya itu.
Apakah Sia ke Jepang dan memutuskan tidak lagi mau bertemu dengannya? Itu adalah hasil pemikiran Hyunjin beberapa hari terakhir― kesimpulan terakhirnya saat senin pagi yang cerah itu, Sia-nya masih belum bisa dihubungi.
Hyunjin sangat tidak tenang, sudah dua malam dia tidak bisa tidur nyenyak. Dia sangat merindukan kekasihnya.
Saat dikampus, pria itu mencari Sia di semua tempat yang kemungkinan gadisnya kunjungi. Namun hingga sore hari, kekasihnya itu belum tampak sama sekali di seluruh kampus. Hyunjin juga tidak berniat bertanya pada siapapun. Dia tidak tahu siapa teman dekat Sia di kampus ini.
Hyunjin sama sekali tidak tenang. Yoon Sia-nya masih tidak ada kabar sama sekali. Bahkan ponselnya tidak bisa dihubungi.
Sia— kemana kamu? Batin Hyunjin.
Dan sekarang sudah hari Sabtu lagi.
Harusnya― sudah satu minggu dia dan Sia menjadi sepasang kekasih. Namun hingga hari ini Sia masih belum muncul. Hyunjin semakin tidak tenang.
Apakah Sia pindah kampus setelah kejadian itu? Apakah Sia benar-benar menghindariku? Apakah sebenci itu dia padaku? Pikiran Hyunjin semakin tidak nyaman.
Dan hari-hari berikutnya― Sia masih tidak tampak di kampus atau pun datang ke rumahnya.
Orang tua Hyunjin bingung melihat anaknya yang sudah tertutup itu semakin tertutup. Selama ini walaupun Hyunjin pendiam, dia bukan anak yang pemurung. Sangat berbeda sekali selama seminggu ini.
Memang orang tua si pria merasa lega dan bahagia, anaknya menggunakan mobilnya selama seminggu ini. Namun mereka juga bingung dengan sikap Hyunjin yang berangkat pagi hari dan baru pulang menjelang malam. Seperti ada yang dia tunggu dan penantian itu tampaknya sia-sia selama seminggu terakhir ini.
"Hyunjin? Nak, sudah siang. Tidak ke kampus?" Tanya bunda dari balik pintu kamar Hyunjin.
Hyunjin sudah siap. Bahkan tasnya di sudah mengalun di bahunya. Hanya saja— pria itu saat ini kembali berbaring. Rasanya badannya tidak bisa bergerak. Dia terlalu lelah memikirkan Sia-nya yang menghilang delapan hari terakhir. Ponselnya bahkan masih belum aktif, membuat Hyunjin tidak bisa tidur nyenyak. Makan pun rasanya tidak berselera.
Sudah hari Senin kedua dia tidak bertemu Sia-nya dan juga belum ada kabar dari kekasihnya itu. Hyunjin menjadi semakin resah dan gelisah.
Kemana Sia-nya beberapa hari ini? Apa benar dia sudah jatuh cinta pada Sia? Karena itukah banyak orang bilang jatuh cinta itu menyakitkan? Saat kekasihnya tidak ada kabar― terutama setelah pertengkaran kekanak-kanakan yang Hyunjin sebabkan sendiri, pria itu merasakan perasaan menyesakkan yang menyakitkan.
"Hyun?" Panggil bunda lagi.
Hyunjin pun akhirnya berusaha bangkit dari posisinya dan membuka pintu.
Wajah pucat dan mata sayunya membuat bundanya cemas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Untold
FanfictionDi depan orang yang mencintaiku, aku bahkan tidak bisa mengatakan bahwa aku mencintainya Itu menyakitkan Aku tak tahu seperti ini adanya Karena jantungku yang berdebar kencang di hadapanmu Itu membuatku ingin menghela nafas tanpa alasan Air mata yan...