Chapter 22

1.2K 160 33
                                    

Ternyata sesakit ini rasanya. Melihat secara langsung, orang yang dicintai sedang bermesraan dengan orang lain.

Marsha berlari kecil menjauh dari jangkauan semua orang. Isakan tangis terdengar jelas, lepas dari mulut wanita itu. Masih tak menyangka dengan yang terjadi malam ini. Marsha mulai kehilangan kepercayaan diri untuk mendapatkan freya sepenuhnya.

Ia sekarang berada di depan gerbang rumah Kathrin yang lumayan sepi, dia menangis terisak tanpa mengeluarkan suara. Marsha tak kuat lagi untuk menyangga tubuhnya, energinya seperti habis begitu saja. Kemudian ia jongkok tepat didepan mobil entah siapa pemiliknya itu. Masih terisak hebat.

"Marsha... Hey!" Ashel menghampiri marsha setelah tadi dirinya memaki kedua orang tak tau malu. Dia menangkup bahu marsha.

"Lo gpp?" Ashel merasa iba dengan keadaan sahabatnya saat ini.

Wanita itu berdiri dari jongkoknya. Dia tampak marah diwajahnya "menurut Lo yang tadi udah keterlaluan kan sha? Lo harus tegasin flora secara empat mata"

Marsha mau. Tapi apa dia berhak? Harus berkata apa dia ketika nanti flora sudah didepannya?

Menegaskan untuk menjauhi Freya, padahal masalah ini semua ulah dirinya.

Wanita itupun menggeleng. "Gue gak punya hak shel buat tegasin flora. Gue rebut Freya dari dia" ucapnya sambil menangis.

"Tapi, ini udah keterlaluan sha. Tadi aja mereka ciuman. Mungkin bisa jadi mereka udah lebih" ashel tampak tidak terima.

Mendengar hal itu, Marsha sedikit setuju. Ditempat seramai ini saja mereka sempat sempatnya mencuri waktu untuk ke tempat sepi, dan berciuman. Apalagi kalau mereka benar benar di tempat yang memang sepi.

Wanita itu mencoba untuk berdiri Dibantu ashel. Dia menghapus air matanya yang tersisa, mencoba menetralkan suasana hatinya.

"Gue..." Marsha mencoba mengatakan sesuatu. Da. Ashel setia menunggu ucapan yang akan Marsha katakan.

"Marsha"

Keduanya dibuat kaget oleh seseorang yang barusan memanggil. Orang yang memulai semua masalah ini terjadi dihidup marsha.

"Ngapain Lo kesini!?" Ashel, tak kuat melihat wajah si brengsek itu. Selalu saja ingin memukulnya.

"Eh Hai..." sapa zee, terlihat ragu. Tapi masih mencoba untuk bertindak baik.

"Aku mau minta maaf sha" ucapnya dengan sesal.

Laki laki itu menatap tulus bola mata maesha, mencari jawaban Disana. Berharap sebuah kabar baik akan keluar dari mulut si nona.

"Pergi dari sini"

Marsha sangat dingin, sangat muak melihat wajah orang yang sekarang berdiri didepannya.

"Aku masih sayang sama kamu" zee masih kekeh dengan pendiriannya.

"Lo dengar gak sih! Budeg apa gimana?!" Ashel juga muak, karena zee sangat sulit disingkirkan.

Zee sama sekali tak menggubris ashel dan bentakkannya. Pandangan zee justru jatuh ke perut marsha yang menonjol. Senyuman laki laki itu muncul dengan sendirinya.

"Itu anak kita sha?" Tanyanya tanpa berdosa.

"Apaan sih Lo!" Ashel mendorong bahu zee yang terlihat mendekat , dan ingin menyentuh perut marsha.

"Lo yang apaan!" Bentak Zee balik, ia tampak tak terima, dari tadi ashel merusak suasana.

"Zee pergi!" Teriak marsha disilingi tangis kecil. Membuat zee mundur selangkah karena kaget. Marsha bukan seperti yang ia kenal dulu. Apakah rasa cinta Marsha padanya benar benar habis?

Selfish || Fresha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang