Chapter 7

1.4K 161 22
                                    

Akhirnya senyum yang sempat hilang itu merekah kembali di wajah freya, setelah sempat hilang beberapa hari yang lalu. Ia baru saja pulang ke rumah setelah seharian keluyuran bersama flora. Dia berjalan menuju kamarnya. Wajah hangat itu tidak luput dari pandangan keluarga istrinya. terlihat oniel, indah, dan marsha sedang duduk bersama diruang keluarga.

"Dari mana aja kamu?... Udah punya istri keluyuran sampe jam segini" tanya oniel, terdengar sedikit menyindir.

"Om, Gausah ngatur saya ya. Masih mending saya mau nikahin anak om. Kali ini saya minta agar om gak usah ganggu kepribadian saya juga" Tegas freya, langsung berjalan masuk ke kamarnya. Tanpa peduli perasaan Marsha dan indah disana. Menghadapi orang seperti oniel memang harus sedikit kejam menurut freya.

Freya memutuskan untuk membersihkan diri di kamar mandi. Dirinya cukup berkeringat sekarang. Bagaimana tidak? Dia dibuat lari larian oleh flora tadi sepanjang hari. Tapi, tak apa, Freya senang untuk itu.

Setelah selesai membersihkan diri, freya keluar hanya dengan handuk yang melilit bagian bawah saja. Bunyi pintu dibuka pun membuat gadis disana menoleh.

Ternyata ada Marsha yang sedang menunggu dikamar.

"Fre... Aku buatin teh" ucapnya tersenyum lembut, dia tidak bisa selamanya diam diaman begitu dengan Freya, bagaimanapun nantinya mereka harus bicara satu sama lain.

Dan wanita itu sudah menggunakan aku-kamuan. Setelah selama ini menggunakan Lo-gue, Marsha pikir tidak etis jika menggunakan itu setelah menikah. Dan yang diajak bicara tidak meladeni sama sekali dan hanya mencari pakaiannya di lemari.

"Aku taruh disini ya" sambil menaruh dimeja.

Freya masih diam.

Dia merasa sedih untuk itu, sampai kapan dia dan suaminya akan saling diam begini. Marsha menatap freya dengan kesibukannya. Kemudian dia menyadari sesuatu saat Freya menoleh ke arahnya.

Suaminya terlihat masih seperti kesakitan, saat ingin mengatakan sesuatu padanya.

Sepertinya pukulan papa oniel masih membuat nyeri sampai sekarang, memar pada wajah Freya belum sepenuhnya hilang. Tapi tidak separah sebelumnya. Marsha khawatir untuk itu, dan kemudian mendekat ke freya.

Tangan Marsha sudah mengambang untuk memeriksa bekas luka freya, tapi segera tepis oleh sang empu.

"Itu kamu... masih sakit?... Aku obatin ya"

"Gausah" freya menyingkirkan Marsha dari hadapannya.

"Tapi itu masih sakit kan? Kalo gak diobatin nanti infeksi freya"

Mendengar penuturan Marsha yang sangat lembut. Membuat ia tersenyum remeh mendengarnya "peduli apa lo?"

Marsha sungguh peduli freya, tolong percaya sama dia. Wanita itu ingin balas budi padamu. Dia ingin kamu baik baik saja. Dan... Sangat ingin meminta maaf atas semua yang terjadi.

Wanita itu menunduk dan rasa bersalah muncul bersamaan dengan kata ... "maaf fre, maafin aku" lirihnya "tapi aku beneran khawatir sama kamu"

"Terserah"

Tidak puas dengan jawaban yang terlontar. Marsha menarik Freya yang hendak beranjak dari tempatnya "freya! Bilang sama aku, aku harus ngapain. Biar kamu maafin aku" wanita itu menangis lagi. Tidak bisa membendung air matanya lebih lama lagi.

Lagi lagi Freya tersenyum remeh dihadapan istrinya "bilang sama semua orang, kalo anak itu bukan anak gue" Marsha terdiam mendengar permintaan itu. Permintaan yang tak akan ia turuti selamanya. Marsha tidak ingin cerai denganmu fre.

"Gak bisa kan?" Lanjut freya, dia meluncurkan handuknya begitu saja, hingga memperlihatkan punya dia dihadapan Marsha. "Emang dasarnya Lo itu murahan sha. Lo mau ini kan?" Tunjuk Freya ke itunya.

Marsha memalingkan penglihatannya ke sembarang arah sambil menangis. Dia seperti sedang direndahkan oleh suaminya sendiri.

"Penjilat zee! Murahan"
Freya tersenyum smirk dengan apa yang dia lakukan pada marsha. Kemudian memakai kaos oblong dan celana pendek yang dia ambil tadi. Diapun tidur disofa, seperti malam sebelumnya.

Dan Marsha buru buru menghapus air matanya dan keluar dari kamar untuk menenangkan diri.

Sungguh, Freya juga merasa sakit dan tidak enak ketika mengatakan kalimat merendahkan seperti itu kepada sahabatnya. Tapi ia merasa ia harus melakukan itu.

Mungkin sedikit berbuat jahat akan membuat marsha menjadi benci padanya dan akan meminta untuk segera cerai. Dengan begitu dia tak akan menunggu lama sampai marsha melahirkan bayinya.



































Pagi hari telah datang kembali, sekarang pukul depalan pagi. Freya berjalan ke meja makan. Ia melihat marsha membantu mamanya memasak, entah sejak kapan. Selama mengenal Marsha Perasaan wanita itu sangat malas bantu bantu.

Tanpa peduli lagi dengan pertanyaan dipikirannya Freya duduk dimeja makan.

Beberapa menit telah berlalu, Marsha datang dengan membawa secangkir kopi ditangannya, untuk freya.

"Minum dulu" Marsha sebenarnya masih sakit hati dengan perkataan suaminya semalam. Tapi ia merasa harus tetap tegar dan harus berjuang untuk mengembalikan Freya yang dulu. Yang peduli padanya setiap waktu.

"Sejak kapan Lo suka masak?"

Marsha diam, menghindari kontak mata dengan freya. Dan pergi begitu saja, tak menghiraukan pertanyaan tersebut. Wanita itu tau dia akan direndahkan lagi. Mengingat dirinya dulu sangat tidak suka membantu, salah satunya membantu memasak. Marsha sering curhat kesehariannya dulu.

Mama indah datang, lalu duduk dimeja makan setelah menyiapkan makanan makanan dimeja. Mereka duduk bertiga, entah kemana itu papa mertua freya pagi pagi begini.

"Freya..."

"Iyaa Tan" freya tetaplah freya. Dia akan sopan kepada orang yang baik kepadanya.

"Kok Tan sih? Mama! Mama ya!" Tegur indah.

"Eh- i-iya ma"

"Kamu... Gimana sama mama papa kamu?"

"Sekarang udah baikan kok ma, tapi udah gak sehangat dulu" lirih freya menunduk.

"Emmmm, mama minta maaf buat... Kelakuan papanya marsha ke kamu waktu itu ya... Dia Kasar waktu itu ke kamu, tapi itu juga buat kebaikan anaknya sendiri" freya terdiam.

Mendengar kalimat indah, ia memejamkan matanya, sedang meredam emosi mengingat ingat memory waktu itu. Makanan yang ingin masuk ke mulutnya tidak jadi masuk karena mendengar indah. Pria itu melirik kepada marsha, gadis itu terlihat canggung dan menunduk.

"Hmmmm" dehem Freya. "mama mending makan ya ma... Soal itu, freya udah mencoba buat lupain"

"Bagus deh" senyum indah seperti tak berdosa.

"Kamu tu idaman mama tau freya... Dulu mama berdoa, biar dikasih menantu kayak kamu... Eh kenyataan... Ya meskipun caranya salah ya"

Bawel lo indah! Makan Sono sarapan Lo batin Freya. Tapi wajahnya tersenyum penuh kepalsuan.

Marsha sedari tadi diam saja. Takut jika dirinya salah bicara. Ingin sekali dia segera melewati fase ini, fase dimana freya lagi marah marahnya. Entah kapan ini akan berakhir, Marsha harap secepatnya.

"Freya abis ini mau keluar ya ma"

"Mau kemana?"

"Mau ketemu seseorang"

"Siapa? Cewe cowo?"

"Cowo ma"

"Yaudah... Kamu habisin dulu sarapannya"

Angguk freya dan kembali memakan sarapannya dengan lahap.

"Diem diem aja sha" tegur mama indah. Apakah mereka berdua masih belum damai? Indah mengerti situasi ini.

"Gapapa ma"

Ia membelai lembut rambut anaknya sembari tersenyum tipis. Meyakinkan anak semata wayangnya itu. Indah yakin semuanya akan berlalu perlahan lahan. Dan akan baik baik saja dikemudian hari.









































Tbc



Selfish || Fresha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang