26. KECEWA

225 23 7
                                    

HAPPY READING

Mentari terbit dari arah timur diiringi dengan suara ayam berkokok yang mulai terdengar jelas. Hembusan angin yang menguasai suasana pada pagi ini membuat dedaunan beterbangan.

Pada pagi hari ini, jalanan di sekitar rumah Adara tak ramai seperti biasanya. Orang-orang lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah. Tentu saja, hari libur adalah hari yang ditunggu-tunggu pada semua orang. Begitu halnya dengan Adara yang sangat senang jika hari libur telah tiba.

Adara bangun lebih cepat dari biasanya. Ia dengan penuh semangat memutuskan untuk berlari pagi di sekitaran komplek rumahnya untuk mengisi hari libur.

"Pagi-pagi gini lebih enak lari pagi," ucap Adara yang sudah siap untuk lari.

Adara menyempatkan dirinya untuk menghirup udara segar terlebih dahulu, sebelum dirinya harus berlari. Setelah itu, Adara berlari mengelilingi sekitaran komplek rumahnya itu. Di saat itulah, ia berjumpa para tetangganya yang selama ini jarang ia lihat karena kegiatan di sekolah.

Adara telah berlari memutari komplek rumahnya itu sekitar 3 kali. Sampai pada akhirnya, ia menghentikan larinya karena kelelahan. Ia memilih duduk di sekitar taman yang tidak jauh dari rumahnya itu. "Ternyata capek juga ya," keluh Adara yang benar-benar merasa kelelahan. Karena hal itu, pakaian yang ia kenakan menjadi basah karena keringatnya yang terus mengalir sedari tadi.

Adara menarik napas sejenak membuat detak jantungnya kembali semula yang tadinya detak jantung miliknya berdetak lebih cepat. Setelah semua ia rasa kembali normal, Adara mengeluarkan handphone dari saku celananya. Mata Adara terbelalak saat melihat nama Gibran tertera dilayar handphonenya.

"Gibran?"

Rasa penasarannya yang cukup tinggi membuat jari miliknya memencet notifikasi itu. Terlihat sebuah pesan yang cukup panjang diketik oleh Gibran. Raut wajah Adara seketika berubah menjadi senyum-senyum sendiri. Ia sendiri sempat bingung mengapa tiba-tiba Gibran mengirimkan sebuah pesan panjang tak seperti biasanya.

"Bisa juga ngirimin teks sepanjang ini," ucap Adara disertai dengan tawa kecil.

Adara mulai membaca pesan dari Gibran dengan penuh saksama.

Gibran
haii Dara, aku mau minta maaf mengenai permasalahan tentang Kirana dan juga masalah aku membentak kamu. Aku tau kamu pasti masih sedih dan juga belum mau mendengarkan semua penjelasan dari aku, tapi gapapa aku bakalan tetap menunggu itu semua.
Aku harap hubungan kita bisa kian membaik yaa! Selama kita renggang aku harap ada Rahsya yang selalu ada di samping kamu. Itu aja yang mau aku sampaikan kepada kamu! Good night cantik!

Tanpa disadari, Adara membaca pesan itu dengan tersenyum lebar.

"Sweet banget," ungkap Adara yang masih tak menyangka jika Gibran bisa mengetik kalimat sepanjang itu kepada dirinya.

"Apa gua baikan aja ya sama Gibran? terus gua ungkapin perasaan gua yang sebenarnya?" monolog Adara yang masih sedikit ragu dengan pikirannya itu.

Sejujurnya Adara ingin hubungan dirinya bersama Gibran kembali. Namun, ia tak mungkin secepat itu untuk mengambil keputusan. Kali ini ia tak boleh salah dalam mengambil langkah. Pikiran dan juga perasaan Adara saat ini sedang dilanda dengan kegundahan.

"Gua harus bales apa ya?" batin Adara.

"Nanti aja deh gua bales nya," ujar Adara, lalu beranjak dari taman.

Perantara GidaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang