13. CONFESS

285 33 0
                                    

HAPPY READING


Bel di SMA Academie Brilliance pun berbunyi menggelegar hingga ke penjuru kelas, menandakan waktu istirahat bagi seluruh siswa. Kelas XI MIPA 2 yang sedang belajar PJOK di lapangan pun berakhir. Sementara itu, Gibran dan Adara yang berada di dalam kelas segera pergi ke toilet untuk mengganti seragam batik.

"Dara, yok ke toilet!" ajak Gibran dengan senang hati.

"Ih, apaan sih? Jelas-jelas kita beda toilet. Ngapain harus ngajak gua?" cibir Adara.

"Bukan gitu, Dara. Maksudnya, kita pergi ke toiletnya barengan," jelas Gibran.

"Oh, gua kira lo ngajak gua ke toilet laki-laki," kekeh Adara.

"Yaudah, yok kita ke toilet!" ajak Gibran lagi.

Akhirnya, mereka berdua pergi ke toilet.

⚝⚝⚝

Setelah mengganti seragam olahraga menjadi seragam batik, Gibran dan Adara kembali ke kelas. Sesampainya di kelas, Gibran mengajak Adara ke suatu tempat.

"Dara," panggil seorang lelaki dari sebelah bangkunya.

"Kenapa manggil gua? Pasti kangen ya sama gua," canda Adara kepada laki-laki tersebut.

"Iyaaa, gua kangen banget sama lo. Maka dari itu, gua mau ngajak lo ke suatu tempat," ucap Gibran.

"Mau kemana si? Gua jadi penasaran deh," seru Adara.

"Udah ikut aja," ucap Gibran sambil menarik pergelangan tangan kanan Adara.

Mereka berdua berjalan bersama sambil berpegangan tangan. Semua murid SMA Academie Brilliance semakin penasaran dengan hubungan mereka. Pasalnya, Gibran yang sudah jarang dekat dengan perempuan tiba-tiba sangat dekat dengan teman sekelasnya, Adara. Selain penasaran, semua murid juga dibuat gemas dengan tingkah mereka.

"Sumpah, mereka berdua gemas banget sih."

"Kalau Gibran dekat dengan Adara, gua setuju."

"Mereka pacaran ya? Gua pengen deh ada di posisi Adara."

Kurang lebih kalimat-kalimat itu yang mereka lontarkan.

⚝⚝⚝

Kini, Adara dan Gibran sudah berada di suatu tempat. Adara yang melihat tempat itu kembali teringat saat ia mencari Gibran di hari pertama dirinya menjadi murid baru di SMA Academie Brilliance. Tempat itu adalah rooftop sekolah.

"Tempat ini," lirih Adara.

"Iya, tempat ini. Gua sengaja ngajak lo kesini," ucap Gibran sambil menatap wajah Adara yang sangat cantik.

"Ada sesuatu yang mau gua ungkapin ke lo," tambahnya.

"Memangnya lo mau ungkapin apa?" tanya Adara heran.

"Sebelum gua ungkapin sesuatu, duduk dulu di sini," suruh Gibran kepada Adara.

Adara pun menuruti perkataan Gibran, semakin dibuat penasaran oleh apa yang akan disampaikan Gibran.

"Sejujurnya, ketika pertama kali lo menghampiri gua di sini, gua senang banget. Dari banyaknya teman di sekolah ini, cuma lo yang berani datang ke rooftop hanya untuk menghampiri gua dan menanyakan keadaan gua," ucap Gibran sambil menatap langit-langit di atas.

Adara yang mendengar perkataan Gibran semakin bingung.

"Maksudnya, Gib?" tanya Adara.

Gibran yang mendengar pertanyaan singkat itu malah terkekeh.

"Maksud gua, cuma lo yang peduli dengan keadaan gua di saat yang lain sibuk dengan kehidupannya masing-masing," jawab Gibran dengan lembut.

"Karena sikap lo yang peduli dengan orang lain itu yang membuat gua jadi suka sama lo," jelasnya.

"Jadi, izinin gua buat jadi pacar lo ya?" tanya Gibran sembari menatap wajah Adara dan memegang tangannya.

"Gua janji bakal selalu sayang sama lo dan akan selalu melindungi lo," tambahnya.

Adara yang mendengar pernyataan dari Gibran sontak terkejut. Bagaimana bisa seorang Gibran suka dengan dirinya? Kini, Adara sangat bimbang harus menjawab apa kepada Gibran.

"Kasih waktu dua hari buat gua jawab pertanyaan lo," ucap Adara sambil melepaskan genggaman dari tangan Gibran.

"Oke, kalau itu mau lo. Gua tunggu jawabannya," pasrah Gibran.

Gibran ingin sekali mendapatkan jawaban dari Adara di hari itu juga. Namun, kenyataannya, Adara akan menjawab pertanyaan itu dua hari yang akan datang.

Adara bergegas kembali ke kelas, meninggalkan Gibran sendiri di rooftop sekolah. Sementara Gibran hanya bisa melihat kepergian Adara dari jauh, penuh harapan.


Bersambung...


-JANGAN LUPA DIVOTE YA GUYS-

Perantara GidaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang