CHAPTER 22

357 32 4
                                    

"Lusa saya harus ke Jepang buat ngurus cabang perusahaan di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lusa saya harus ke Jepang buat ngurus cabang perusahaan di sana."

Kalimat tersebut menjadi pembuka obrolan Daffi dan Navya ketika mereka berdua sudah berada di kamar. Pasangan tersebut duduk berseberangan. Daffi duduk di sofa dengan mackbook dan lembaran-lembaran kertas di meja sementara itu Navya duduk di tepi ranjang menghadap suaminya.

"Kemungkinan saya di sana selama seminggu. Saya mau selama saya gak di rumah kamu jagain bunda dan temenin bunda ke mana pun, bisa?"

Mendengar itu Navya mengangguk. Kabar ini cukup membuatnya sedih karena harus berpisah dengan Daffi untuk waktu satu minggu. Tetapi ia sadar jika suaminya adalah seorang pengusaha dan pemimpin yang tanggungjawabnya sangat besar.

Navya tahu menjadi pemimpin dalam perusahaan besar sangat tidak mudah. Banyak sekali tantangan, ancaman dan bahaya yang menghadang. Navya selalu berdoa agar Daffi selalu selamat dan mampu menghadapi ujian dan rintangan dalam setiap situasi.

"Ini buat kamu," ujar Daffi. Navya terkejut saat Daffi ternyata sudah berada di depannya dan menyodorkan sebuah ponsel. "Saya akan hubungin kamu lewat Hp ini, gak lagi lewat Ajeng. Tolong pastikan Hp kamu gak mati saat saya menghubungi kamu."

Dengan ragu Navya menerima ponsel tersebut.

"Disitu udah ada nomor saya," kata Daffi seraya kembali ke tempatnya semula. "Selama satu minggu itu, tolong terus update kabar bunda ke saya."

Navya mengangguk lagi.

"Ada yang kamu tanyain?" tanya Daffi saat peka dengan raut wajah istrinya yang tampak seperti ingin bertanya tetapi ragu, atau takut?

Navya menggeleng cepat.

"Tapi wajah kamu tunjukin kalau kamu pengen nanya sesuatu," sindir pria itu membuat Navya meringis pelan.

"Saya gak mau nanya apa-apa, Tuan."

Mendengar itu Daffi mendengus pelan. Ia kembali larut dengan pekerjaannya sementara itu Navya berselancar dengan ponsel barunya. Ia melihat hanya ada beberapa kontak di daftar kontak. Hanya kontak Daffi yang pria itu buat sendiri dengan nama 'Daffian Adrian Haryatama'. Lalu ada kontak Ajeng, setelah itu Sahara.

Tidak ada aplikasi media sosial selain aplikasi hijau dengan logo telepon. Benar-benar hanya aplikasi hijau untuk berbalas pesan. Tidak masalah, Navya juga tidak terlalu suka jika memang layar pipih itu terlalu lama.

Dering ponsel Daffi mengalihkan perhatian Navya dari ponsel pada suaminya yang mengangkat panggilan entah dari siapa.

"Gue di rumah."

Kalau Daffi sudah bicara dengan bahasa santai berarti pria itu sedang bicara dengan temannya.

"Gue skip dulu, kalian aja. Lagi males keluar, terus kerjaan gue masih numpuk."

Daffi menyenderkan tubuhnya pada sofa dan mengalihkan pandangannya pada Navya yang ternyata memperhatikannya. Perempuan itu tampak penasaran dengan siapa Daffi bicara.

I'm With You || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang