CHAPTER 31

247 48 9
                                    

Adnan menatap pria yang duduk tegap di sofa seberang ranjangnya dengan sangat serius dan lekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adnan menatap pria yang duduk tegap di sofa seberang ranjangnya dengan sangat serius dan lekat. Sementara yang ditatap hanya menunjukkan ekspresi santai dan tenangnya.

Daffi tahu kakak iparnya ini sedang menilainya dalam diam, maak dari itu Daffi membiarkannya. Di ruangan ini hanya ada mereka berdua, sesuai dengan permintaan Daffi pada istrinya tadi. Navya kini tengah berada di luar ruangan bersama Ajeng dan beberapa bodyguard suruhan Daffi.

"Sudah selesai menatapi saya?" tanya Daffi bersuara. Lama-lama ia mulai bosan berdiam diri di sini tanpa bicara. "Hari sudah malam, istri saya pasti sudah mengantuk dan capek. Seharian ini belum ada istirahat sama sekali," lanjut Daffi.

Adnan menghela napasnya kasar sebelum bersuara. "Apa sebenarnya tujuan anda nikahin adik saya?" tanyanya. Meskipun mengatakan sudah merestui hubungan Navya dan Daffi, Adnan merasa harus tahu apa tujuan Daffi menikahi adiknya.

"Yang pasti bukan untuk merugikan kamu ataupun adik kamu," jawab Daffi tenang. "Adik kamu aman sama saya, kalau itu yang kamu takutkan."

"Fisiknya, tapi apa anda bisa menjamin batin adik saya baik-baik aja?" Mulut Daffi terkunci setelah mendapat pertanyaan yang menamparnya dengan keras.

Ada benarnya. Fisik Navya memang aman bersamanya, tetapi batinnya? Setelah semua luka dan tangisan yang ia gores untuk perempuan itu.

"Navya itu adik saya satu-satunya, anak perempuan yang orang tua saya sangat jaga dari sebelum dia lahir, adik perempuan yang gak akan saya biarin mendapat goresan luka sedikitpun di tubuhnya atau di hatinya. Saya mau ketika dia menikah, suaminya harus bisa lebih menjaga dia dari kami. Saya mau ketika dia menikah, suaminya harus bisa memberikan cinta yang penuh untuknya."

Lagi-lagi Daffi tertampar. Mulutnya benar-benar terkunci mendengar tiap kata yang meluncur dari mulut Adnan. Adnan sangat menyayangi dan mencintai adik perempuannya dan Daffi sudah memberinya luka di tiga bulan pernikahan.

"Saya tahu anda orang yang sangat berkuasa, pemimpin yang hebat, kuat, kaya raya dan terpandang. Tapi saya juga sangat berharap anda juga bisa menjadi seorang suami yang baik untuk Navya. Saya cuma mau adik saya bahagia dengan pernikahannya, dengan hidupnya bersama anda."

"Saya akan berusaha," jawab Daffi dengan suara tercekat. "Saya akan berusaha dan akan selalu berusaha menjadi suami yang baik untuk Navya." Kali ini suara Daffi terdengar lantang.

"Mungkin pernikahan ini awalnya memang bukan rencana saya, tapi saya percaya ini adalah takdir yang sudah tertulis untuk saya dan Navya. Saya sangat menghargai dia sebagai istri saya, saya menyayangi dia."

Adnan dapat merasakan sorot mata adik iparnya yang tampak begitu serius dan tulus saat mengatakannya. Jadi saat itu dia bisa menghela napas dengan lega.

"Untuk itu saya minta restu kamu sebagai kakak dan wali satu-satunya Navya, agar merestui pernikahan kami, merestui saya sebagai adik ipar kamu, merestui saya sebagai suami adik kamu," tutur Daffi dengan sopan. "Saya tau kamu sangat menyayangi adik kamu, kamu sangat menjaganya, mulai detik ini izinkan saya yang akan menggantikan posisi itu. Izinkan saya menjaga, melindungi dan membersamai langkah Navya sepanjang hidupnya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm With You || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang