"Saya mau balik ke Indonesia."
Kalimat itu menjadi kalimat pembuka begitu Daffi memasuki kamar hotel. Kedua mata pria itu menangkap koper milik istrinya berada di sebelah ranjang sebelum menghampiri sang empu yang duduk di tepian ranjang.
Daffi meneliti raut wajah yang ditampilkan oleh perempuan itu. "Kita belum liburan, kerjaan saya masih tinggal sehari besok. Kamu sabar ya, saya janji akan segera menyelesaikan pekerjaan saya lalu kita jalan-jalan ke mana pun yang kamu mau," bujuk Daffi.
"Tapi saya mau balik besok," sahut Navya membalas tatapan Daffi dengan sorot serius sebelum mengalihkannya ke sembarang arah. "Tolong pesenin tiket pesawat untuk saya, Mas."
Navya sedang tidak baik-baik saja.
Itu yang bisa Daffi simpulkan. Pria itu jongkok di hadapan Navya kemudian menggenggam kedua tangan perempuan tersebut. "Ada apa, Na? Kamu lagi gak baik-baik aja?" tanya Daffi pelan.
"Menurut Mas, perempuan mana yang akan tetap baik-baik aja setelah ditinggal oleh suaminya yang panik karena tahu sahabat yang dicintainya kecelakaan?" tembaknya langsung membuat Daffi diam seribu bahasa.
Ia menelan ludahnya kasar sebelum mengumpati dirinya sendiri menyadari kebodohannya.
Ia benar-benar lupa mengajak Navya ikut bersamanya karena terlalu panik mengkhawatirkan kondisi Alexa. Daffi akui ia bodoh dan ceroboh. Ia tidak bisa mengendalikan dirinya.
"Maafin saya, Na."
Kekehan kecil meluncur di bibir Navya mendengar permintaan maaf yang entah sudah berapa kali ia dengar karena satu masalah yang sama. Yaitu Alexa.
Maka, Navya menarik napasnya dalam-dalam lalu membuangnya pelan. Ekspresinya tetap tenang meski kecewa menggerogoti dada. "Saya maafin, Mas. Jadi tolong pesenin saya tiket pesawat untuk balik ke Indonesia. Selain saya kangen bunda, kakak saya udah sadar dari koma," tutur Navya tidak bohong.
Adnan memang sudah sadar dari komanya, Sahara yang menghubunginya langsung. Untuk itu Navya ingin segera terbang ke Indonesia agar bertemu kembali dengan sosok yang ia cintai itu.
Ia merindukan keluarga satu-satunya yang yang ia punya.
"Oh iya, tadi saya balik ke hotel pakai taksi," beritahunya agar Daffi tidak bertanya. "Untung saya sempat instal aplikasi yang memudahkan saya mengobrol sama supirnya. Walaupun tadi saya sempat takut, tapi alhamdulillah saya bisa sampai dengan selamat." Navya menyelipkan senyum saat mengakhiri kalimatnya.
Yang mana itu hanya membuat Daffi semakin merasakan perasaan bersalah dan menyesalnya. "Na--"
"Mas," potong Navya cepat seakan sudah memprediksi kalimat Daffi selanjutnya. Apalagi kalau bukan meminta maaf dan kata penyesalan lainnya. "Saya lagi gak baik-baik aja sekarang. Obrolan ini sampai di sini aja, ya, saya mau istirahat." Perempuan itu menekankan setiap kata yang diucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With You || On Going
عاطفيةFollow dulu sebelum dibaca, ya😊 *** Daffi memiliki prinsip yang tidak akan mengizinkan sembarang orang untuk menginjakkan kaki di mansionnya. Namun prinsip itu seolah terlupakan sebab pengusaha tampan tersebut justru membawa paksa seorang Navya mas...