CHAPTER 8

386 27 2
                                    

Pagi ini Daffi mengunjungi rumah orang tuanya sebelum berangkat ke kantor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi ini Daffi mengunjungi rumah orang tuanya sebelum berangkat ke kantor. Sebab semalam Said mengatakan bahwa ia dan sang istri kembali bersiteru dan bertengkar oleh masalah yang selalu sama.

Perjodohan Daffi dengan Shilla.

Kadang perbedaan pendapat kedua orang tuanya membuat Daffi pusing sendiri. Said kekeuh ingin mempercepat pernikahan Daffi dan anak sahabatnya dan Sahara yang menentang hal itu secara terang-terangan. Sama-sama tidak mau mengalah.

"Bunda sama ayah kenapa lagi? Masih masalah perjodohan itu?" tanya Daffi seusai sarapan pagi.

Kini ia dan kedua orang tuanya duduk di sofa ruang tengah. Sahara duduk di sofa yang jaraknya jauh dari Said sambil melipat kedua tangannya di dada dengan raut wajah datar.

"Kamu tanya aja sendiri sama ayah kamu. Dia yang mulai," balas Sahara melirik sinis suaminya.

Daffi menghela napas kemudian menatap sang ayah meminta penjelasan. "Bunda kamu marah karena ayah larang untuk ketemu gadis mantan tahanan kamu itu."

Untuk beberapa saat Daffi terdiam. Jadi bukan masalah perjodohannya lagi yang membuat kedua orang tuanya bertengkar?

"Gadis itu punya nama, dan namanya Navya," ujar Sahara sewot. "Satu lagi yang bikin aku marah dan ngerasa gak dianggap, kamu seenaknya mutusin tanggal pertunangan putraku tanpa diskusiin dulu sama aku, ibunya."

Daffi terkejut mendengar ucapan Sahara. "Apa? Maksudnya apa, Yah?" tanya pria itu pada ayahnya. "Ayah udah nentuin tanggal pertunangan aku sama Shilla? Iya?"

Said menghela napasnya berat kemudian mengangguk pasrah.

"Kenapa Ayah gak ngomongin hal ini sama aku dulu sebelum buat keputusan?" protes Daffi tidak terima.

"Ayah hanya ingin yang terbaik buat kamu. Shilla udah setuju kok."

Daffi mengusap wajahnya kasar. Ia hela napasnya berkali-kali menahan kesal. "Yang akan menjalani hubungan itu aku, bukan hanya Shilla. Jadi Ayah juga harus minta persetujuan dari aku."

"Yasudah. Sekarang Ayah tanya, kamu siapkan bertunangan dengan Shilla minggu depan?"

Daffi menatap lekat sang ayah. "Kenapa Ayah selalu maksa aku menikah sama Shilla? Ayah mau nanti Shilla gak bahagia hidup sama penggila kerja kayak aku? Jujur, aku belum siap menikah dan membagi pikiranku antara kerja dan rumah tangga," jelas Daffi berusaha setenang mungkin.

"Tapi Ayah yakin kamu akan bahagia sama Shilla. Shilla itu gadis yang pintar, berpendidikan, multitalenta dan dia berasal dari keluarga yang sepadan dengan kita. Ayah dan keluarga Shilla udah sepakat untuk ngadain pesta pertunangan kalian minggu depan di hotel kita."

I'm With You || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang