CHAPTER 19

445 36 2
                                    

Halo, assalamualaikum!

Balik lagi nih. Kangen gak?

Gimana hari ini kawan?

Jam berapa kalian terima notif cerita ini?

Plis tandain typonya

sekaligus jangan lupa vote, komentar, and bagitahu certia ini ke teman-teman kalian, hehe

"Jadi kamu istri yang dipilih Daffi? Selera Daffi sekarang udah menurun banget ya, dari perempuan berkelas menjadi perempuan cacat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi kamu istri yang dipilih Daffi? Selera Daffi sekarang udah menurun banget ya, dari perempuan berkelas menjadi perempuan cacat."

Ucapan dengan nada remeh dari perempuan cantik yang tampak asing di pandangannya itu membuat Navya yang tadinya duduk menelungkupkan kepala di meja makan sontak menoleh. Raut bertanya ia lempar pada perempuan asing tersebut meski kini ia tengah lelah. Lelah melayani tamu yang datang untuk melayat, menenangkan Sahara yang sempat histeris ketika Said dikuburkan dan bolak balik ke kamar Daffi memastikan suaminya itu tidak melakukan hal-hal aneh yang mencelakai dirinya sendiri. Kedua kaki Navya terasa kebas dan nyeri bersamaan membuatnya memilih beristirahat saja, meski Ajeng dan Alex sudah memperingati untuk tidak bergerak terlalu banyak.

"Maaf, Mbak siapa, ya?" tanya Navya dengan sopan.

Perempuan itu bersidekap dada menatap datar Navya. "Saya calon istri Daffi yang sebenarnya," balas perempuan itu pongah. Namun tatapan itu seketika berubah menjadi benci seakan menyimpan dendam pada Navya. "Tapi gara-gara kamu Daffi nolak saya. Perebut!"

Mendengar itu Navya menarik napasnya dalam-dalam kemudian mengeluarkan dengan pelan-pelan. Ternyata ini perempuan pilihan almarhum ayah mertuanya untuk suaminya waktu itu, yang Daffi tolak mentah-mentah dan lebih memilih menikahinya. Navya tidak menyangka akan bertemu dengan perempuan ini di saat keluarga suaminya berduka.

Perempuan ini sangat cantik. Tinggi semampai, kulitnya putih bersih dan cara berpakaiannya sangat elegan. Sangat jauh perbedaannya dengan Navya. Tapi nasi sudah jadi bubur. Navya sudah menjadi istri Daffi dan pria itu yang secara sadar- lebih tepatnya memaksa Navya untuk bersedia menikah dengannya, walaupun Navya sempat sakit hati karena Daffi mengatakan menyesal menikahinya dan menolak perjodohannya dengan perempuan ini.

"Saya bukan perebut. Mas Daffi sendiri yang secara sadar memilih saya." Navya membantahnya dengan percaya diri.

Shilla tertawa remeh mendengar itu. "Kamu pikir kamu secantik apa, bisa membuat seorang Daffi memilih kamu? Gak usah sok kecantikan! Daffi cuma pakai kamu untuk sementara dan sebentar lagi kamu akan diceraikan."

Navya tidak menjawab. Kata perceraian yang diucapkan Shilla mengingatkannya pada janji Daffi kepada Sahara yang mengatakan bahawa pria itu tidak akan menceraikannya sampai kapanpun. Navya yakin Daffi tidak akan mengingkari janjinya, terlebih pada Sahara.

"Suami saya bukan laki-laki yang senang mempermainkan sebuah hubungan sakral. Suami saya adalah laki-laki yang bertanggung jawab dan paham akan arti sebuah pernikahan. Jadi Mbak jangan sok tahu, karena Mbak bukan siapa-siapa," balas Navya tegas. Raut wajahnya tampak serius dan tajam.

I'm With You || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang