CHAPTER 12

410 30 4
                                    

"Lo lagi becanda ya, Daff? Jangan becandain anak orang segitunya lah, kasian, bawa-bawa pernikahan segala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo lagi becanda ya, Daff? Jangan becandain anak orang segitunya lah, kasian, bawa-bawa pernikahan segala."

"Apa tampang gue kelihatan becanda?" tanya Daffi sarkas membuat Alex terdiam.

Sedangkan Navya masih tidak mengeluarkan suara apapun setelah kalimat Daffi yang ingin menikahinya.  Navya tidak tahu harus bagaimana sekarang, bahkan untuk menatap pria itu saja rasanya tidak sanggup.

"Udah gila lo!" umpat Alex kesal. "Lo jangan bawa-bawa Navya dalam masalah lo sama Om Said, Daff. Kasian dia udah banyak nanggung luka, jangan lo tambahin lah dengan alasan balas budi kayak gini," nasihat Alex pada sahabatnya itu.

Daffi mendengus pelan. Ia memandang sahabatnya itu tidak suka. "Lo naksir dia makanya larang gue nikahin dia?" tuduhnya sinis.

Alex mengusap wajahnya kasar. "Bukan tentang gue, tapi lo!"

Daffi menaikkan sebelah alisnya.

"Lo udah siap jadi pemimpin dalam rumah tangga lo sendiri? Gue emang belum pernah ngejalanin kehidupan rumah tangga, tapi gue ahu pernikahan itu gak mudah dan gak main-main. Kalo lo jadiin pernikahan cuma untuk ngehindarin masalah, tujuan lo udah salah, bro, mending gak usah daripada lo nyesel."

Daffi tahu apa yang Alex ucapkan benar dan ia tidak memungkiri itu. Tapi Alex tidak tahu jika Daffi tidak ingin membuang kesempatan agar lepas dari perjodohannya dengan Shilla. Ia tidak pernah menginginkan Shilla untuk menjadi pendamping hidupnya.

Jujur saja, awalnya menjadikan Navya sebagai pilihan tidak pernah terpikirkan. Tetapi Daffi sudah buntu, ia tidak sedang dekat dengan seorang perempuan, dan satu-satunya perempuan yang ada di sekitarnya hanyalah Navya. Poin plusnya adalah perempuan itu sangat disayang oleh bundanya membuat Daffi mantap dengan keputusannya itu.

"Bunda Sahara pasti gak akan setuju sama keputusan lo ini," tambah Alex melihat keterdiaman sahabatnya.

Daffi beralih menatap Navya yang masih saja menundukkan kepalanya. Lalu menangkap gerakan perempuan itu memilin jemarinya sendiri menandakan dia tengah gelisah.

"Keputusan gue udah bulat, gue mau dia nikah sama gue," putus Daffi final.

Alex mengumpat pelan. "Gue bantu cariin perempuan yang sesuai sama selera lo," bujuk Alex.

Daffi menggeleng. "Keputusan gue gak akan berubah."

Daffi mendekati Navya lalu tanpa aba-aba ia mendorong kursi roda perempuan itu mendekati pintu ruangan rawat ayahnya.

Navya panik, ia berusaha menahan gerakan Daffi meski sia-sia. "Tuan, kasih saya waktu untuk berpikir. Saya juga harus minta persetujuan Mas Adnan karena dia satu-satunya keluarga dan juga wali nikah saya. Saya gak bisa nikah tanpa persetujuan Mas Adnan."

Mendengar itu Daffi menghentikan dorongan di kursi roda kemudian berjalan menghadap Navya dengan wajah datarnya. " Kamu pikir saya sedang meminta persetujuan kamu? Saya gak lagi minta persetujuan kamu atau kakak kamu yang sedang sekarat itu, saya cuman menagih janji kamu yang katanya akan menuruti keinginan saya." Daffi berujar dengan penuh penekanan.

I'm With You || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang