CHAPTER 18

406 32 4
                                    

Kematian adalah takdir yang tidak bisa dihindari ataupun ditunda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kematian adalah takdir yang tidak bisa dihindari ataupun ditunda. Sehebat apapun, seperkasa apapun dan seberkuasa apapun seseoranng, sejatinya ia hanyalah seorang makhluk lemah dan kecil yang bisa hancur dalam sekejap di tangan Sang Ilahi. 

Kematian selalu jadi kabar yang tidak ingin didengar sebab akan menuai tangis pilu dan kehilangan yang mendalam. Tapi dengan adanya kabar duka tersebut kadang bisa menjadi alasan seseorang untuk tetap mengingat Tuhannya dan meningkatkan ketakwaan.

Said meninggal dunia. Begitulah kabar yang disampaikan oleh Alex datang yang menjemput dan membawanya ke kediaman orang tua Daffi. Alex tidak mengatakan apa penyebab Said meninggal dunia, dia hanya mengatakan bahwa Daffi menyuruh Alex untuk menjemput Navya dan membawanya ke rumah duka. 

Sepanjang perjalanan hanya sepi yang menghiasi mobil yang dikemudikan oleh Alex. Mereka tidak hanya berdua, ada Ajeng yang menemani. Perempuan itu juga syok dengan kabar duka tersebut.

Navya memang sangat jarang bertemu dan bertatap muka dengan Said, karena selain jarak tempat tinggalnya jauh, Navya tahu Said tidak menyukainya menjadi istri Daffi. Said telah mempunyai pilihan sendiri untuk Daffi tetapi ditolak oleh pria itu. Navya mengetahuinya dari Sahara. Ia meringis kecil mengingat Sahara bercerita dengan nada yang penuh kekesalan dan menggebu-gebu. 

Mengingat Sahara, mertuanya itu pasti sangat terluka kehilangan suaminya. Apalagi Daffi. Navya menggigit bibirnya sendiri menatap jalanan, berharap mobil Alex segera sampai di kediaman mertuanya agar bisa bertemu Daffi dan Sahara lalu menenangkan anak dan ibu tersebut. Setidaknya memberikan pelukan penenang dan mengatakan bahwa mereka tidak sendiri, ada Navya bersama mereka melewati pilu kehilangan.

Kematian mengingatkan Navya pada kisahnya yang kehilangan kedua orang tuanya lalu kakinya lumpuh. Masa-masa itu adalah masa terpuruknya Navya. Kedua orang tua meninggal, keuangan mereka menurun, ayahnya meninggalkan hutang yang tidak sedikit. Lalu ia harus menerima fakta bahwa Adnan koma di rumah sakit sampai sekarang belum sadar. Belum lagi menjadi istri seseorang yang pernah menahannya menjadi jaminan pelunas hutang.

Navya tidak menyangka ia sanggup menghadapi segala ujian tersebut.

Ia berharap Daffi dan Sahara sanggup melewati masa-masa duka mereka seperti sekarang. Memang tidak akan mudah, tetapi Navya yakin Daffi dan Sahara akan cepat bangkit dari masa-masa sedihnya.

"Nona, sudah sampai di rumah duka," beritahu Ajeng membuat Navya seketika tersadar. Ternyata benar, mereka memang telah sampai di rumah duka.

Banyak karangan bunga yang terpajang di luar rumah juga tidak sedikit orang-orang yang melayat. Navya turun dibantu Ajeng kemudian masuk ke dalam dan mengabaikan tatapan- tatapan penasaran dari orang-orang yang ia lewati. Navya yakin kehadiran Navya memberikan tanda tanya yang besar bagi mereka. 

Dari pintu masuk ia sudah mendengar tangisan pilu Sahara. Navya mencelus. Ia meminta Ajeng untuk menuntunnya pada Sahara yang tidak dibantah sama sekali. "Bunda," panggil Navya pelan ketika sudah berada di samping Sahara. 

I'm With You || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang