CHAPTER 2

561 37 105
                                    

Sudah hampir satu minggu Navya berada di mansion mewah milik Daffi, namun gadis itu hanya berada di kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah hampir satu minggu Navya berada di mansion mewah milik Daffi, namun gadis itu hanya berada di kamar.

Sebenarnya ada niat untuk menginjakkan kaki ke ruangan selain kamar ini, namun nyali Navya tidak sekuat itu untuk memintanya langsung pada pemilik rumah besar dan mewah ini.

Ia takut melihat wajah Daffi. Wajah pria itu meski pun sangat tampan dan menarik, bagi Navya Daffi adalah sosok mengerikan yang pernah ia temui.

Navya juga tidak mengerti, padahal ia tidak pernah melihat tindakan-tindakan Daffi yang diluar nalar, namun hatinya mengatakan jika Daffi adalah sosok yang paling wajib ia hindari.

Tiba-tiba Navya teringat kakaknya. Sudah seminggu pula Navya tidak mendengar kabar tentang Adnan. Bagaimana keadaan Adnan sekarang? Apakah pria itu baik-baik saja? Apakah Daffi menepati janjinya untuk tidak menyakiti Adnan?

Ceklek

"Nona. Sarapan Nona sudah siap."

Satu lagi, Navya juga tidak pernah melihat batang hidung Daffi setelah satu minggu ini. Entah harus senang atau penasaran, Navya tidak tahu.

Pria itu tidak pernah menemui Navya langsung, namun tanpa Navya sadari Daffi selalu memantaunya melalui Ajeng yang di utus langsung untuk menyiapkan kebutuhan Navya.

Navya menatap Ajeng yang meletakkan nampan berisi sarapannya di atas nakas. "Ajeng," panggilnya.

Ajeng sontak menoleh. "Ya, Nona?"

"Aku boleh keluar dari kamar ini?" tanya gadis itu ragu.

Ajeng mendekati Navya. "Nona bosan?"

Navya mengangguk dengan raut sedihnya membuat Ajeng menatapnya iba. "Kalau Nona mau, saya bisa meminta izin pada tuan muda untuk membawa Nona jalan-jalan sekitar mansion. Bagaimana?" tawar Ajeng yang terdengar sangat menggiurkan.

Navya terlihat berpikir sejenak. "Kamu gak apa-apa? Nanti kamu di marahin tuan muda gara-gara aku," jawab Navya pelan. Ia tidak mau kalau sampai Ajeng kena semprot oleh Daffi karena dirinya.

"Saya akan mencobanya, Nona." Raut wajah Ajeng terlihat sangat yakin membuat Navya menghela napasnya pelan.

"Yaudah, maaf ya Ajeng, aku banyak ngerepotin kamu," ucap Navya merasa bersalah.

Ajeng tersenyun tipis. "Tidak masalah Nona. Sudah menjadi tugas saya melayani Nona."

Navya ikut tersenyum mendengar itu. Perempuan yang usianya tiga tahun di atasnya ini sangat baik padanya.

...

Sementara di ruang kerja milik Daffi, pria itu duduk bersama seorang pria yang menjadi sahabat sekaligus tangan kanannya itu.

"Lo beneran jadiin adik Adnan jaminan?"

Daffi mengangguk acuh. Ia menenggak minuman kaleng di tangannya. Pandangannya lurus ke arah dinding abu-abu di depannya. Sementara pria di sampingnya menatap Daffi dengan tatapan menyelidik.

I'm With You || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang