Mobil Pajero sport berwarna hitam memasuki gerbang mansion mewah di kawasan yang jauh dari pusat kota.
Mobil itu berhenti tepat di depan mansion. "Tuan Muda, kita sudah sampai." Sang supir berucap kala tidak ada tanda-tanda bosnya keluar dari mobil.
Pria yang dipanggil Tuan Muda tersebut spontan mengalihkan pandangannya dari layar ipad miliknya. Sejenak ia menoleh ke samping, di mana gadis yang menjadi jaminan hutang almarhum karyawannya itu berada.
Gadis itu hanya diam menunduk dengan tangan yang saling meremas. Sepanjang perjalanan tadi gadis itu juga tidak memberontak, tentu saja setelah Daffi mengancam akan menghabisi nyawa Adnan jika ia melawan.
Daffi menatap supirnya. "Bawa dia masuk!" titahnya.
Navya menegakkan kepalanya menatap Daffi. "Aku mau pulang. Aku mau Mas Adnan," lirih Navya takut dan gelisah.
Namun melihat tatapan datar Daffi membuat Navya semakin takut lalu menundukkan lagi kepalanya. Daffi mendengus kecil. "Kamu nurut, Adnan gak akan saya sakiti."
Setelahnya Daffi keluar meinggalkan Navya yang kini sudah terisak. Ia takut, sangat takut! Pria yang membawanya itu terlihat kejam dan tidak manusiawi.
Navya tersentak kala tubuhnya hendak di gendong pria yang menjadi supir Daffi tadi. "Jangan!" pekiknya spontan.
Sontak pria itu kaget mendengar pekikan Navya. "Saya gak mau di sentuh sama laki-laki," cicitnya takut. Tatapan pria itu sama seperti tatapan Daffi tadi, datar.
Seakan mengerti, pria itu memanggil beberapa pekerja wanita untuk mengangkat tubuh Navya ke atas kursi roda. Navya sedikit lega karena ternyata masih ada perempuan di sekitarnya.
Untuk pertama kalinya Navya memasuki mansion yang sangat indah dan mewah ini hingga mampu membuatnya terpana. Benar-benar seperti istana yang pernah Navya impikan untuk ditinggali.
"Tuan, nona ini mau dibawa ke mana?"
Tatapan Navya langsung beralih pada Daffi yang baru saja keluar dari lift. Penampilan pria itu sudah berbeda dari yang tadi, kali ini pria itu hanya memakai kemeja biru dengan celana bahan berwarna hitam.
Navya langsung menundukkan kepalanya saat tatapan Daffi tertuju padanya.
"Kamar paling ujung di lantai tiga."
Perempuan yang Navya tebak sebagai maid itu mengangguk patuh. Ia membawa Navya masuk ke dalam lift sementara Daffi sudah berlalu dari sana.
Navya hanya diam sampai maid itu berhenti mendorong kursi rodanya tepat di depan sebuah kamar paling ujung di lantai tiga. Benar-benar di ujung sebab tidak ada ruangan atau lorong setelah kamar itu.
Setelah membuka pintu berwarna putih, maid itu kembali mendorong kursi roda Navya masuk ke dalam kamar.
"Ini kamar Nona," kata maid itu sopan. Navya menelisik seisi kamar yang luasnya berkali-kali lipat luasnya dibanding kamar milik Navya yang ada di rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With You || On Going
RomanceFollow dulu sebelum dibaca, ya😊 *** Daffi memiliki prinsip yang tidak akan mengizinkan sembarang orang untuk menginjakkan kaki di mansionnya. Namun prinsip itu seolah terlupakan sebab pengusaha tampan tersebut justru membawa paksa seorang Navya mas...