CHAPTER 25

542 58 52
                                    

Perjalanan Indonesia-Jepang memakan waktu yang cukup panjang hingga membuat Navya lelah dan terlelap begitu masuk dan duduk di mobil yang membawanya dan Daffi menuju hotel yang sudah dipesan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perjalanan Indonesia-Jepang memakan waktu yang cukup panjang hingga membuat Navya lelah dan terlelap begitu masuk dan duduk di mobil yang membawanya dan Daffi menuju hotel yang sudah dipesan.

Daffi melirik ke samping saat merasakan kepala Navya bersandar di bahunya. Tatapannya masih tak berpindah hingga merasa posisi perempuan itu cukup nyaman.

"Kenapa lo harus bawa istri lo disaat kita lagi perjalanan bisnis begini? Dia pasti bakalan ngerepotin lo, kayak sekarang. Belum apa-apa udah capek."

Komentar pedas tersebut datang dari perempuan yang duduk di depan samping kursi kemudi. Siapa lagi kalau bukan Alexa. Perempuan itu begitu terang-terangan menunjukkan rasa tidak sukanya terhadap Navya.

Daffi memilih mengabaikannya  sebab tidak ada gunanya menanggapi komentar negatif dari sahabatnya itu. Lagipula Alexa tidak tahu dan mengerti bagaimana kondisi fisik istrinya yang cukup rentan.

"Lo masih betah diemin gue kayak gini, Daff? Serius?" Alexa bertanya dengan nada tak percaya. "Udah berubah lo sekarang. Lo bukan Daffi yang gue kenal lagi semenjak nikah sama istri lo itu," katanya enggan menyebut nama Navya.

"Alexa, udah lah! Lo kenapa jadi begini sih? Yang lo komentarin itu istri sahabat lo sendiri." Alex yang berada di bangku kemudi angkat bicara. Telinganya panas mendengar komentar negatif kembarannya terhadap istri sahabat mereka.

"Apaan sih lo, Lex. Gue cuma bilang apa adanya kok, kan emang dia ngerepotin Daffi terus," balasnya tak terima disalahkan. "Mana tadi dia bilang kalo Daffi yang ngajak dia pergi, kan gak mungkin Daffi yang ngajak--"

"Kenapa gak mungkin?" potong Daffi seraya menaikkan sebelah alisnya. "Istri gue bener, emang gue yang ngajak dia ke sini karena kami mau sekalian liburan," jawab pria tersebut berhasil membungkam Alexa.

Daffi menghembuskan napasnya lalu melirik sang istri yang nyaman dalam tidurnya. "Xa, walaupun gue bilang ke kalian kalo di pernikahan ini gak pake perasaan sama sekali, tapi gue sangat menghargai istri gue. Gue akan ngelindungin dia, ngejaga dia sampai gue mati karena itu janji gue ke bunda."

"Walaupun lo tertekan karena gak bisa kasih cinta ke dia?"

"Nikah itu bukan cuma tentang cinta, Xa. Banyak kok yang pernikahannya awet dengan saling menghargai satu sama lain," balas Daffi tenang. "Banyak juga yang awalnya saling cinta tapi ujung-ujungnya pisah karena gak ada rasa saling menghargai. Gue sama Navya akan terus bersama walaupun gak saling cinta."

"Kalau ternyata istri lo jatuh cinta sama lo?"

Pertanyaan tersebut membuat Daffi bungkam. Pria itu seperti tidak memiliki jawaban atas pertanyaan yang dilayangkan oleh Alexa barusan.

"Mungkin sekarang dia emang gak permasalahin pernikahan kalian yang tanpa cinta ini, tapi lama-lama pasti bakal tumbuh perasaan itu di hatinya. Lo udah siapin apa buat menanggapi perasaan dia? Dia bakalan sakit hati kalau tahu lo gak bisa balas perasaannya karena cinta lo masih ada di sahabat perempuan lo."

I'm With You || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang