"Kamu jadi ke sini kan?"
"Jadi, Bunda."
"Sama Navya juga kan?"
Daffi menghela napasnya sabar meladeni wanita kesayangannya di seberang sana. "Iya, Bunda, sama Navya juga. Aku pulang dulu jemput dia baru ke rumah Bunda," jawab Daffi lembut. "Bunda tenang aja, menantu Bunda itu gak akan aku tinggalin kok," lanjutnya.
Sahara terdengar menghela napasnya. "Yasudah, Bunda tenang dengernya. Kalian nginap juga?"
"Lihat nanti, Bun." Daffi tidak ingin memberi harapan pada sang bunda, sebab jarak dari rumah utama dengan kantor lumayan jauh dan memakan waktu yang cukup panjang.
"Yasudah." Nada Sahara terdengar sedikit kecewa tapi tidak terlalu memperlihatkannya. Hal itu membuat Daffi merasa bersalah. Ia memang jarang sekali menginap di rumah sang bunda karena tuntutan pekerjaan. "Kalau kamu gak bisa biarin Navya aja yang nginap di rumah Bunda."
Daffi mengetuk jarinya di atas meja tampak seperti berpikir. "Lihat nanti ya, Bunda." Lagi-lagi hanya itu yang bisa Daffi jawab.
Sahara berdecak pelan mendengar jawaban buah hatinya. "Ck! Kamu ini sehari aja pisah sama istrinya kenapa sih? Lagian Bunda yakin Vya mau nginap di sini."
"Bukan itu masalahnya Bunda, aku cuma agak ragu sama Ayah. Kita sama-sama tahu kalau Ayah gak suka sama pernikahan kami, aku takut Ayah bikin dia gak nyaman di sana."
Benar, Daffi meragukan Said. Ia tidak yakin Said akan bersikap baik pada istrinya nanti dan membuat Navya tidak nyaman. Daffi tahu sekali Said tidak menyukai pernikahan mereka, terlebih pada fisik Navya yang tidak sempurna.
Bukannya Daffi ingin menjaga hati Navya, tapi ia hanya ingin bertanggung jawab atas pilihan yang ia pilih dan menjaga amanah Sahara.
Lagi-lagi terdengar helaan napas daei Sahara. "Yasudah. Gak nginap gak apa-apa, yang penting kalian ke sini dulu, kita makan malam bareng."
Daffi mengangguk. "Iya Bunda."
Setelah percakapan tersebut mereka mengakhiri sambungan. Daffi meletakkan ponselnya ke atas meja kemudian melirik jam di pergelangan tangannya. Pukul 4 sore.
Pria itu langsung menutup laptop dan membereskan dokumen-dokumen yang berserakan di meja kerja.
Sebelum berdiri dari duduknya, Daffi menghubungi Ajeng. Tak sampai dua detik panggilan tersebut langsung terjawab.
"Iya, Tuan Muda? Ada yang bisa saya bantu?"
"Navya sudah siap-siap?" tanyanya langsung.
"Sudah, Tuan. Nona Navya sudah bersiap-siap, sekarang Nona sedang menunggu Tuan Muda."
Bagus. Perempuan itu benar-benar patuh.
Tanpa sepatah kata pun Daffi memutus sambungan lalu benar-benar bangkit dan keluar dari ruangannya. Ia harus sampai tepat waktu di rumah Sahara agar tidak mengecewakan wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With You || On Going
RomanceFollow dulu sebelum dibaca, ya😊 *** Daffi memiliki prinsip yang tidak akan mengizinkan sembarang orang untuk menginjakkan kaki di mansionnya. Namun prinsip itu seolah terlupakan sebab pengusaha tampan tersebut justru membawa paksa seorang Navya mas...