CHAPTER 3

528 34 12
                                    

Note : Tandain typonya gengs ..

"Mau sampai kapan kamu menunda pernikahan kamu dengan Shilla?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau sampai kapan kamu menunda pernikahan kamu dengan Shilla?"

Daffi hanya duduk tenang di kursinya, mata pria itu hanya melirik sekilas pria paruh baya yang berdiri di seberang mejanya dengan tatapan tajamnya.

"Ayah bicara sama kamu, Daffi!"

Mendengar nada pria yang memanggil dirinya ayah itu naik satu oktaf membuat Daffi menutup dokumen yang sedari tadi ia pegang lalu memusatkan pandangannya pada ayahnya dengan berat hati.

"Ayah udah tahu apa alasan Daffi 'kan, Yah? Kenapa nanya lagi?" tanya Daffi tenang, tidak terintimidasi sedikitpun.

"Tapi tidak dengan mengabaikan calon istri kamu itu! Shilla bilang kamu gak mau mengangkat telpon dari dia, gak pernah balas pesan dari dia. Kamu mau buat Ayah malu?!"

Daffi menghela napasnya lelah. Ayahnya ini tidak mengerti juga kalau Daffi masih ingin fokus pada karirnya. Bukannya ingin mengacuhkan calon istrinya, namun Daffi tidak bisa memusatkan pikirannya pada dua hal sekaligus, apalagi untuk hal yang menurut Daffi tidak penting untuk dipikirkan seperti pernikahannya dengan Shilla.

"Ayah tahu Daffi gak bisa mikirin dua hal sekaligus," sahut pria itu tidak mau kalah. Ia mengambil pulpennya lalu memutar-mutarnya mengurangi rasa bosan.

Said Haryatama --ayah Daffi-- berdecak mendengar alasan putranya itu. Selalu itu alasan yang Daffi katakan ketika ia mendesak putranya untuk segera menikahi calon menantunya itu.

"Ayah dengar kamu masukin seorang gadid ke mansion kamu, siapa gadis itu?"

Gerakan Daffi yang memainkan pulpen berhenti. Dari mana ayahnya tahu? Pria itu menghela napasnya. "Bukan siapa-siapa," jawabnya seadanya.

"Gak mungkin. Ayah tahu kamu bukan tipe orang yang gampang masukin orang lain apalagi wanita ke wilayah teritorial kamu. Shilla saja sampai sekarang gak kamu bolehin main ke sana." Said terus mendesak agar putranya itu jujur padanya.

Daffi diam sejenak, memilih kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan sang ayah. "Dia adik dari karyawan di sini. Aku jadiin dia jaminan sampai kakaknya melunasi hutang almarhum ayah mereka," jelas Daffi akhirnya.

Said mengerutkan dahinya menatap curiga putranya. "Kenapa harus di mansion? Kamu bisa tinggalin dia di rumah kosong atau gudang, 'kan?"

Daffi hanya bisa menghela napasnya berat saat ayahnya masih saja mendesaknya, bahkan terkesan menyudutkan dirinya. "Intinya, gadis itu gak ada hubungan apa-apa sama Daffi, Yah. Dia hanya jaminan."

Kini Said lah yang menghela napasnya berat. "Terserah kamu. Tapi ingat, jangan sampai posisi Shilla tergeser hanya karena gadis yang tidak tahu asal usulnya itu. Ayah gak mau punya menantu dari keluarga yang tidak sepadan dengan keluarga Haryatama!" Said bangkit dari duduknya.

I'm With You || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang