CHAPTER 17

445 33 4
                                    

Yok jangan lupa dikomen tiap paragraf yeee

Daffi kembali ke mansion miliknya ketika waktu hampir mendekati subuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daffi kembali ke mansion miliknya ketika waktu hampir mendekati subuh. Dengan badan yang teramat letih dan lengket ia buru-buru melepas kemeja putih yang digulung hingga siku, dasi yang melilit leher, sepatu hitam mengkilat yang membungkus kedua kakinya serta jam tangan di pergelangan tangan sebelum beranjak menuju kamar mandi.

Pria itu bahkan tidak sadar jika sosok istrinya tidak ada di kamar mereka.

Beberapa menit kemudian Daffi keluar dengan wajah segar dan rambut yang basah serta piyama yang artinya ia akan segera tidur. Ia melangkah menuju ranjang dan mulai menaikinya seraya mlihat ke sisi yang biasa Navya tiduri. Sedetik kemudian gerakan Daffi terhenti dengan tatapan terpaku di sisi ranjang yang kosong. Navya tidak berada di ranjang mereka.

Ke mana perempuan itu?

Daffi kembali berdiri tegak dan menghidupkan lampu yang membuat ruangan menjadi terang benderang. Ia kembali melihat ke arah ranjang. Tidak ada siapa-siapa di sana. sisi ranjang yang biasa Navya tempati tampak sangat rapi dan tidak ada tanda-tanda ditempati.

"Dia tidur di mana?" gumam Daffi pelan. Namun seketika Daffi tersadar akan sesuatu. Pria itu mengusap wajahnya kasar dan berdesis rendah sebelum keluar dari kamar dan turun ke lantai dasar.

Tujuan Daffi saat ini adalah kamar tamu. Kamar yang dulunya Navya tempati sebelum menjadi istrinya. Entah kenapa Daffi sangat yakin jika perempuan itu berada di sana. Ada-ada saja!

Daffi kembali mengingat-ingat pesannya pada Navya siang tadi dan seingatnya ia hanya mengatakan jangan tunggu dirinya pulang. Memang di satu sisi Navya tidak salah, dia tidak menunggu Daffi pulang, tetapi perempuan itu juga berinisiatif untuk tidak tidur di kamar mereka. Padahal jelas-jelas Daffi tidak melarangnya untuk menempati kamar tersebut meski Daffi tidak berada di sana. 

Pintu kamar tamu terbuka. Gelap. Satu kata yang sudah sangat jelas membuktikan bahwa perempuan yang Daffi cari ada di sana.

Daffi masuk ke dalam lalu mencari sakelar lampu dan ruangan pun seketika terang. Tatapan Daffi jatuh pada sesosok perempuan yang terbaring lelap di atas ranjang. Ia mendengus lirih sebelum menutup pintu dan mendekati perempuan yang adalah istrinya. 

Daffi menatap lamat-lamat wajah damai Navya yang terlelap. Kerudung masih membungkus rambutnya. Apa dia nyaman tidur memakai kerudung? bisik Daffi dalam hati.

"Navya, bangun." Daffi menggoyang sedikit lengan Navya berharap perempuan itu membuka mata. "Navya, saya pulang. Kenapa kamu malah tidur di sini? Kamu gak dengerin omongan saya waktu itu?"

"Navya!" Daffi mengeraskan suaranya dan ternyata cara tersebut juga tidak berhasil. Helaan napas kasar meluncur bebas dari mulutnya. Navya tidur terlalu nyenyak.

Tidak ada cara lain. Daffi harus mengangkat perempuan itu dan membawanya kembali ke kamar mereka. Daffi tidak mau mengambil resiko diciduki oleh bundanya yang mungkin saja datang tiba-tiba ke sini dan melihat anak dan menantunya tidur di kamar terpisah. Daffi tidak ingin melihat raut wajah kecewa dari Sahara. 

I'm With You || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang