"Sunoo, kau tampak... hebat."
Sunoo mendengar isak tertahan dalam suara temannya dan berusaha untuk tidak membiarkan hal itu memengaruhi dirinya. Ia bahkan sudah cukup kesulitan untuk bernapas. Ia berkata dengan gemetar, "Jules, aku benar-benar tidak tahu apakah aku siap untuk ini."
Julie menghampiri dan berdiri di antara Sunoo serta cermin besar di kamar tidur suite hotel, tempat Sunoo kembali beberapa jam lalu membawa tas untuk perjalanan itu. Besok mereka akan berangkat ke London.
Sunoo mengenakan gaun beledu hitam itu lagi. Rambut-nya ditata membentuk sanggul kecil dan rias wajahnya baru saja selesai. Semua orang sudah pergi, jadi sekarang hanya tinggal mereka berdua.
Temannya yang berambut pirang dan bertubuh mungil itu meraih tangan Sunoo dengan kuat dan menatapnya dengan mantap. "Aku tidak akan mendorongmu jika kau belum siap, Sunoo. Tapi kau sudah siap. Kau tidak bisa terus bersembunyi dari dunia."
Sunoo menggigit bibir untuk menghentikan dirinya bertanya dengan sedih, Tapi pekerjaan ini? Sekarang? Ia mengamati bayangan dirinya dari atas kepala Julie dan melihat sorot panik di matanya, lalu memaksakan diri untuk menarik napas.
Tepat pada saat itu terdengar ketukan di pintu. Sunoo senang karena temannya tidak langsung membukanya, menunggu mendapatkan anggukan dari Sunoo terlebih dulu. Rasa terima kasih membuat hatinya mengembang penuh emosi karena tahu jika ia benar-benar ingin berhenti dari pekerjaan ini sekarang, temannya akan mendukung. Tetapi ia tidak ingin mengecewakan Julie. Dan ia tidak ingin mengecewakan pusat rehabilitasi itu. Dia sanggup melakukannya.
Sebelum Julie membuka pintu, Sunoo sudah tahu siapa yang datang. Hawa panas menusuk-nusuk kulitnya. Dan, benar saja, ketika pintu mengayun membuka, Jay berdiri di sana, memenuhi ruang dengan mudah. Pria itu mengenakan tuksedo dan tampak sangat tampan. Dan, meskipun pernah melihat Jay berpakaian seperti ini sebelumnya, Sunoo masih tetap terkejut melihat kesempurnaan maskulin yang mengesankan itu.
Ini juga kali pertama ia melihat Jay sejak kemarin, dan ingatan akan ciuman mereka membuat denyut nadi-nya tidak keruan. Untuk waktu yang lama, berdamai dengan kebangkitan kesadaran seksualnya adalah sesuatu yang benar-benar tidak ia sangka harus dihadapinya. Namun kini kesadaran tersebut menjalari dirinya seperti gelombang yang tak dapat dihentikan.
Jay memegang kalung itu dan mengangkatnya. "Boleh kupasangkan?"
Sunoo mengangguk bodoh dan menegang akibat efek Jay saat pria itu masuk dan melangkah ke belakangnya. Jay mengangkat tangan dan meloloskan kalung melewati kepala Sunoo sehingga dia bisa memasangkan pengait di belakang lehernya.
Kalung itu terasa hangat dan berat di kulitnya dan Sunoo menyentuhnya tanpa sadar. Mata biru Julie membelalak dan membulat saat mengamati permata yang bersandar di kulit Sunoo.
Sunoo menatap pantulan dirinya di cermin dan sesaat ia juga terpesona oleh permata merah berbentuk hati itu. Entah bagaimana berlian ini terlihat hidup.
Kemudian ia mengangkat pandang dan tatapannya tertambat pada Jay. Kedalaman abu-abu gelap itu hanya terfokus padanya. Bahkan Jay tidak melihat permata itu. Sunoo menelan ludah. Jay berdiri sangat dekat di belakangnya sampai-sampai ia bisa merasakan panas-nya, dan hanya karena Julie masih di sana, secara efektif bertindak sebagai pendamping, yang menghentikan Sunoo sehingga tidak mengambil langkah menjauh.
Jay-lah yang akhirnya mundur, dan Sunoo menghela napas dengan goyah.
Pria itu berdiri di samping Julie. "Kau tampak memukau."
Sunoo senang Jay tidak mengatakan sempurna. Jay mengulurkan tangan ke arah pintu. "Bisa kita pergi? Sopirku menunggu."
Saat Sunoo melangkah maju, Julie menyentuh lengannya dan mengucapkan semoga berhasil. Kemudian Sunoo dan Jay ditinggal berdua, melangkah keluar dari suite ke tempat tim keamanan menunggu, tampak serius dan waspada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim.Sunoo Harem (Gs)
RomanceOne shoot Sunoo Harem gs AU🔞 #Sunki #Sunwon #Sunsun #Sunjay #Sunjake #Heesun