Carter Construction 9

103 14 0
                                    

Sunoo mungkin menyesal mengajak Jake ke restoran favoritnya kalau saja ia tidak kelaparan dan lemah secara fisik karena kenikmatan yang berlebihan. Ia menatap dinding batu yang terekspos dan dihiasi lukisan pemandangan Italia, warnanya sedikit belang karena usia. Meja-meja kecil dilapisi taplak meja kotak-kotak dan vas-vas kecil berisi rangkaian bunga palsu.

Merasa defensif, meskipun Jake tampak sangat nyaman dan tampan berpakaian kasual dengan jins dan sweter wol ringan, Sunoo berkata, "Aku yakin kau terbiasa dengan makanan yang lebih sehat... tapi ini tidak berlebihan dan makanannya benar-benar enak."

Jake menatap Sunoo dan menunjukkan senyum nakal itu lagi. Rasanya seolah pria itu menjangkaunya dan membelai kulitnya.

"Kalau aku tahu kau suka kencan murah, aku seharusnya membawamu ke pesisir Jersey alih-alih Bahia."

Detak jantung Sunoo meningkat mendengar candaan Jake. Kemudian Jake mencondongkan tubuh ke depan dan berkata dengan nada konspiratif, "Aku akan memberitahu-mu bahwa dulu aku sering menghabiskan akhir pekanku dengan menghidangkan pizza margherita dan lasagna kepada orang-orang New York yang kelaparan saat masih kuliah dulu."

Sunoo merespons cerita Jake. "Bagaimana kau bisa masuk kuliah?"

"Sebagai anak dari rumah asuh?"

Sunoo mengedikkan bahu sedikit dan mengangguk. Jake tahu ia tidak sombong, dan Sunoo tidak bermaksud seperti itu. Namun ia penasaran bagaimana pria itu bisa mencapai posisi puncak.

Makanan pembuka sudah dihidangkan, dan Jake menggigit calamari fritti pesananannya, lalu mengusap mulut. "Setelah orangtuaku meninggal, aku dibawa ke rumah asuh pertamaku di Queens."

Sunoo mengernyit. "Tidak ada teman atau keluarga yang bisa menerimamu?"

Kilatan tajam muncul di mata Jake membuatnya tampak dingin. Sunoo menahan tubuhnya agar tidak gemetar dan mengingat apa yang pria itu katakan tentang orang-orang yang mengabaikan orangtuanya setelah skandal yang terjadi.

"Kedua orangtuaku anak tunggal, dan orangtua mereka sudah meninggal. Ibuku sulit hamil. Aku hasil dari perawatan IVF."

Sunoo menyesap supnya tapi tidak merasakan apa-apa. Seluruh perhatiannya tertuju kepada Jake. Ia meletakkan sendoknya. "Bagaimana kondisi... setelah mereka meninggal?"

Jake menatapnya. Tajam dan kuat. Sulit membayang-kan pria ini pernah berada dalam posisi rapuh.

"Berat... tapi rasanya nyaris melegakan. Kedua orang-tuaku hancur berkeping-keping setelah skandal itu terjadi. Ayahku menjadi pemabuk getir. Aku sering pulang dari sekolah, setelah dipukuli lagi karena aksen dan caraku yang berbeda serta fakta bahwa aku sudah tahu lebih banyak dibandingkan semua orang di kelasku, dan menemukan ayahku pingsan di sofa. Ibuku benar-benar tak berdaya. Putri Long Island yang hidup dalam mimpi buruk. Aku harus melakukan semuanya untuk mereka." Rahang Jake menegang. "Namun bukan itu yang paling menggangguku, melainkan bagaimana mereka mudah sekali menyerah."

Sunoo berusaha mengabaikan rasa sesak di dadanya. "Kau dipukuli karena aksenmu?"

Jake mengangguk. "Setiap hari. Hingga aku menyadari aku harus memberikan perlawanan. Dan aku melakukannya. Aku belajar membaur. Setelah kedua orang-tuaku meninggal, tidak ada satu pun murid dari sekolah lamaku yang bisa mengenaliku." Jake menatapnya dengan ekspresi memperingatkan. "Ini sama sekali bukan cerita indah, Sunoo."

"Kalau kau mengira aku ingin mendengar cerita indah, kau masih belum tahu siapa aku," sahut Sunoo.

Jake menggeleng, tatapan misterius muncul di mata-nya. "Ceritakan lagi kepadaku kenapa kau tidak sedang berjemur di kapal mewah jutawan dan khawatir tentang garis bekas terkena sinar matahari?"

Kim.Sunoo Harem (Gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang