Malam berikutnya, di suite mewah sebuah hotel eksklusif di Paris, Sunoo mengamati dirinya di cermin panjang yang menempel di bagian belakang pintu kamar mandi. Ini pertama kalinya ia bersiap-siap sendiri untuk sebuah acara, tapi ia tak melihat ada yang janggal.
Gaunnya dari sutra hitam. Tak bertali. Gaun model empire, bahannya longgar menutupi perut. Niki memintanya untuk membiarkan rambutnya terurai, dan ia telah berusaha sebaik mungkin untuk membuatnya rapi. Sunoo merasa amat pucat dan telanjang karena bahu dan leher-nya yang terbuka.
Setelah memastikan tidak ada lipstik menempel di gigi, dan eyeliner-nya tergaris rapi, ia keluar menuju kamar tidur.
Niki menatapnya melalui cermin, tempat pria itu sedang mengikat dasi kupu-kupunya. Tangannya berhenti bergerak. Sunoo terkesiap melihat tatapan Niki. Pria itu berbalik, tatapannya turun dan naik. "Kau terlihat... memesona."
Sunoo merona. "Terima kasih." Dengan penuh kesadaran ia menyentuh rambutnya sendiri. "Aku tidak bisa terlalu merapikan-"
Niki mendekat. "Rambutmu sudah sempurna." Seraya menarik tangan Sunoo, Niki membawanya ke ruang duduk. "Temanku mempunyai toko perhiasan bernama De Villiers. Dia mengirimkan beberapa perhiasaan untuk kaukenakan malam ini."
Sunoo berhenti. "De Villiers yang itu? Itu bukan sekadar toko perhiasan... itu sebuah institusi." Ia biasa memandangi etalasenya ketika masih remaja, di Paris bersama ibunya, terpana oleh semua perhiasaan yang gemerlapan itu.
Niki menariknya menuju beberapa kotak beledu datar di meja. Dia melepaskan genggamannya lalu membuka kotak itu.
Sunoo terkesiap. Sebuah kotak berisi kalung safır dan berlian... Niki mengeluarkannya.
Sunoo melangkah mundur dengan terpesona. "Aku tak bisa mengenakannya. Harganya pasti mahal sekali."
Niki menyipit padanya. "Sunoo, aku tahu kau tidak seperti kebanyakan wanita-"
Sunoo menatapnya tajam.
"Maksudku, dalam artian yang baik. Tapi maukah kau mencoba mengenakannya? Please?"
Terpecah antara takut dan terpesona, Sunoo berputar dan mengangkat rambutnya. Ia merasakan bobot perhiasan yang dingin itu menyentuh kulitnya, jatuh tepat di tulang selangkanya.
"Lihatlah ke cermin."
Sunoo mendekat ke cermin lalu memandang pantulan dirinya sendiri. Sekarang ia terlihat seperti salah satu dari mereka. Orang-orang yang ia lihat pada malam di Madrid itu. Semuanya tampak menawan dan penuh dengan perhiasan. Ia mendongak dan membalas tatapan Niki di cermin. Mereka berpandangan. "Cantik sekali... Hanya saja rasanya bukan seperti... aku."
Niki membalik tubuhnya. "Ini memang dirimu. Versi baru dari dirimu."
Mungkin Niki benar.
Pria itu melepaskan pegangannya pada bahu Sunoo dan kembali ke meja. "Coba yang ini." Dia mengangkat sepasang anting panjang.
"Masih ada lagi?"
Niki mengangguk. Sunoo mendekat dan melihat beberapa pilihan. Ia mengambil sepasang giwang yang lebih kecil daripada yang dipegang Niki. Giwang kecil dari batu safir. Dan memilih gelang yang senada.
Niki menyerahkan tas tangannya. "Siap?"
Sunoo mengangguk, meski ia bertanya-tanya apakah ia akan pernah merasa siap untuk acara-acara semacam ini. Terlintas sebuah pengingat di benaknya bahwa ia tidak boleh terbiasa dengan perhatian semacam ini. Karena suatu hari, setelah mereka bercerai, Niki akan memberikan semua ini pada istri yang jauh lebih pantas. Tipe wanita yang tidak perlu diyakinkan terus-menerus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim.Sunoo Harem (Gs)
RomanceOne shoot Sunoo Harem gs AU🔞 #Sunki #Sunwon #Sunsun #Sunjay #Sunjake #Heesun