France Rugby 3

150 18 17
                                    

Saat Sunoo melangkah kembali ke dalam rumah, diikuti oleh Heeseung Lévêque yang tinggi, serius, dan penting, keterkejutannya meluntur dengan cepat. la bersedekap dan berbalik menghadapi Heeseung sambil cemberut. Sekali lagi kehadiran pria itu menyempitkan ruangan di sekelilingnya dan membuat segala sesuatu tampak lebih intens, mengerdilkannya. Sunoo berusaha memblokir fakta bahwa Heeseung adalah pria paling tampan yang pernah berdiri beberapa meter darinya dan menatapnya dengan intensitas yang nyaris tidak senonoh.

"Telepon tadi adalah percakapan yang seharusnya tidak terjadi. Dan semua itu salahmu."

Heeseung menelengkan kepala sedikit. Pria itu tampak besar di ruang duduk Sunoo yang mungil. "Aku minta maaf, tapi berhubung yang sempat kudengar adalah kalimat terakhir yang menarik tadi, aku benar-benar tidak tahu apa yang telah kuperbuat. Dan kita jelas belum tidur bersama."

Sunoo merah padam begitu teringat kembali apa yang ia katakan kepada kakaknya saat membuka pintu. "Apa kau tahu kencan makan malam kita waktu itu muncul di koran hari ini?" Luapan kemarahan yang defensif memancar seperti gelombang. Sunoo hampir bisa melihatnya, seperti kabut panas.

Heeseung menggeleng-geleng, tatapannya terus tertuju pada Sunoo, menghipnotisnya. "Tidak. Aku tidak tahu. Tapi tentu saja ada banyak orang di restoran, dan bisa ada satu-dua orang yang mendengarku mengajakmu di studio; mungkin kabar itu bocor."

Sunoo tertawa keras. "Satu-dua orang? Seluruh kru ada di ruangan. Direkam pula, demi Tuhan."

Heeseung mulai melepaskan mantel besar hitamnya lalu mengeluarkan sebotol anggur entah dari mana, seperti pesulap. Sunoo panik. la mengangkat tangan, seolah itu akan menghentikan Heeseung. "Menurutmu apa yang kaulakukan? Berhenti melepas mantelmu sekarang juga." Sunoo menggeleng tegas. "Tidak boleh; kau tidak boleh ke sini membawa sebotol anggur, dan kita tidak akan menghabiskan waktu dengan mengobrol ringan."

Untuk ukuran pria bertubuh besar, Heeseung bergerak dengan cepat dan luwes. Mantelnya sudah menggantung di satu lengan, botol anggur merah di tangan yang lain, memperlihatkan jemari panjangnya. Sunoo ingat Heeseung pernah menggenggam tangannya, menautkan jemarinya. Ia dapat merasakan denyut gairah. Sunoo mendongak memandang pria itu dan sadar ia pasti tampak agak putus asa, ia merasa putus asa.

"Aku tidak keberatan ke mana pun kita pergi, Sunoo, tapi aku datang sejauh ini untuk menemuimu, jadi kau tidak boleh menghindar." Suara Heeseung selembut beledu yang melapisi baja. Pria itu sungguh-sungguh dengan ucapannya.

Sunoo menelan ludah. "Apa yang kauinginkan?" tanyanya lemah. Heeseung mengancam dan melanggar setiap aspek pertahanannya yang sampai sekarang tidak bisa ditembus.

Heeseung menahan diri untuk mengatakan apa tepat-nya yang ia inginkan. Ia tidak ingin membuat Sunoo takut. Tapi yang ia inginkan melibatkan pakaian yang sangat minim dan permukaan rata, lebih baik lagi kalau permukaan tersebut lembut. Sunoo mengenakan pakaian serbahitam, rambutnya diikat ke belakang. Tidak ada kemeja yang dikanji kali ini, tapi atasan berkerah gulung wanita itu secara efektif menutup setiap jengkal tubuhnya. Namun bahan atasan itu kasmir atau sejenisnya karena baju tersebut melekat di tubuh dan dadanya, dan untuk pertama kali Heeseung bisa melihat bentuk tubuh Sunoo yang sebenarnya. Tonjolan dadanya di kain itu adalah siksaan sensual. Bentuknya sempurna, besar dan kencang. Heeseung bisa membayangkan payudara wanita itu akan memenuhi tangannya seperti buah matang nan lezat... la buru-buru menghentikan imajinasinya yang meliar. Gairahnya memancar hidup. Ia memaksakan diri agar terdengar tenang dan berakal sehat. "Yang kuinginkan hanyalah berbagi sebotol minuman ini bersamamu dan bercakap-cakap. Kita bisa pergi ke suatu tempat kalau kau lebih suka begitu."

Sunoo mengamati Heeseung dengan curiga, membenci penerobosan terhadap ruang pribadinya ini. Heeseung sekokoh karang. Jika mereka pergi ke tempat lain, itu akan memakan lebih banyak waktu. Jika mereka tetap di sini, Heeseung akan pergi lebih cepat. Dengan enggan, Sunoo membuat keputusan dan mengulurkan tangan. "Sebaiknya kita di sini saja. Sekarang Jumat malam; sebagian besar tempat di kota bakal ramai."

Kim.Sunoo Harem (Gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang