Confenssions 6

56 13 2
                                    

Sunoo tak dapat memungkiri bahwa ia lega dengan interupsi itu. Ia tidak menyukai pertanyaan-pertanyaan menuntut Niki.

Sunoo melangkah menuju teras, tempat sebuah meja telah disiapkan. Cahaya lilin bekerlap-kerlip dan perangkat makan perak berkilauan di taplak meja putih bersih. Itu jelas penataan yang romantis, tetapi terlepas dari apa yang terjadi di antara mereka siang tadi, Sunoo tidak dapat membayangkan Niki mengapresiasi upaya Dena. Dia tidak terlihat sebagai pria romantis.

Hal itu membuatnya bertanya-tanya bagaimana sikap pria itu terhadap tunangannya.

Sunoo merasakan sentakan nurani dan dengan impulsif bertanya, saat Niki duduk di seberangnya, "Apakah kau sudah bicara pada Leonora?"

Sesuatu melintas di wajah Niki, tapi ekspresi itu menghilang begitu cepat hingga Sunoo tidak dapat menerjemahkan artinya.

"Tidak, aku belum bicara padanya. Mengapa kau bertanya?"

Sunoo bermain-main dengan serbetnya. "Aku hanya merasa bersalah... Aku menyesal dia dipermalukan seperti itu. Kuharap dia tidak terlalu marah."

Niki mengeluarkan ponselnya dan setelah beberapa detik menyerahkannya pada Sunoo, yang memandangnya dan terkesiap.

Judul beritanya: Gabriel Ortega Cruz y Torres menikahi Leonora Flores de la Vega dalam sebuah pesta pernikahan yang eksklusif dan tertutup di kediaman keluarga di Madrid.

Sunoo terkesiap dan menengadah. "Mereka menikah? Bagaimana mungkin?" Ia mengulurkan kembali ponsel itu.

"Bagi Gabriel Torres segala sesuatu mungkin."

Sunoo menduga hal yang sama berlaku bagi Niki. "Apa Leonora tahu Gabriel Torres saudara tirimu?" tanyanya.

Wajah Niki sama sekali tanpa ekspresi, tapi Sunoo dapat melihat dagunya menegang. "Kurasa tidak, Gabriel sendiri tidak mengakui hal itu. Aku tidak menyangka dia akan bertindak sejauh ini untuk membalasku."

"Mungkin dia benar-benar menyukai Leonora."

Niki menatapnya tajam. "Suka? Suka dan cinta bukanlah emosi yang dinikmati orang-orang dari dunia Gabriel dan Leonora. Leonora datang dari dunia Gabriel dan dia membutuhkan uang. Aku yakin mereka membuat semacam kesepakatan."

"Itu sangat... dingin."

"Itu kenyataannya."

Saat itu Dena muncul dengan membawa makanan pembuka, dan Sunoo mulai makan asparagus serta ham yang lezat. Ia bisa kembali menikmati makanan tanpa takut akan muntah keesokkan paginya, karena mual pagi hari yang menderanya selama tiga bulan pertama itu tampaknya sudah berlalu. Bahkan, ia merasa lebih baik setelah sekian lama.

Hmm... gumam sebuah suara dalam hati. Kenapa, ya? Bayangan eksplisit tubuhnya yang berbelit dengan tubuh Niki muncul di benaknya dan ia menyumpah pelan, bahkan tidak memandang ke arah pria itu, takut

Niki dapat membaca wajahnya yang terlalu ekspresif. "Kau makan setiap hidangan dengan begitu lahap, aku tidak pernah melihat orang lain makan sepertimu."

Sunoo menengadah dan menyelesaikan kunyahan terakhir asparagusnya, berusaha untuk tidak merasa seakan sedang membandingkannya dengan setiap wanita yang pernah pria itu kenal. "Aku belajar menghargai apa pun yang diletakkan di hadapanku, karena terkadang butuh waktu lama sebelum aku bisa makan lagi." Jika ibunya tiba-tiba memutuskan untuk naik kereta dan pergi dari Paris ke Praha. Atau Berlin...

Niki menatapnya, mengayun pelan gelas anggur di tangannya. "Bagaimana bisa kau tidak bersikap sinis? Awal kehidupanmu tidak lebih mudah daripada aku."

Sunoo mengangkat bahu. "Ibuku mudah percaya, mungkin terlalu percaya tapi biasanya kami mendapat pengalaman-pengalaman baik. Orang-orang menjaga kami...menjagaku. Dan meski cara Mum membesarkanku memang ceroboh dan tidak umum, aku tahu aku dicintai, dan dia akan melakukan apa pun untukku."

Kim.Sunoo Harem (Gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang