Confenssions 7

71 10 0
                                    

Hari Pernikahan...

"MUY BONITA, SENORITA."

Sunoo memaksakan senyum pada Dena, yang mata-nya berseri-seri mencurigakan. Wanita itu telah menjadi teman Sunoo, dan hal itu membuatnya makin merasa bagai seorang penipu. Penata busana dan beberapa asistennya sudah pergi setelah membantunya menyiapkan diri untuk pernikahan. Sekarang sebuah mobil sudah menanti untuk membawa-nya ke Balai Kota, tempat Niki menunggunya.

Perjalanannya sebentar. Terlalu singkat.

Hanya beberapa hari lalu Sunoo marah dan kesal karena Niki menelantarkannya, tapi sekarang ia ingin mengulur-ulur waktu sebelum bertemu dengan pria itu lagi. Ia belum siap untuk perubahan besar ini. Untuk melepas-kan kehidupannya.

Tapi kemudian ia mengingatkan diri bahwa ini bukan tentang dirinya semata. Ia tidak lagi memiliki kemewahan itu. Lagi pula, ia bukan ibunya. Sunoo ingin menetap serta memberi kehidupan yang mapan dan stabil untuk anak-nya.

Mobil menepi di luar balai kota, tempat seorang wanita yang tampak sigap membantu telah menunggu, menatap arlojinya. Wanita itu membukakan pintu mobil bagi Sunoo dan membantunya keluar dengan tersenyum. "Saya Sara, asisten Niki. Saya akan menjadi salah satu saksi di pernikahan Anda."

Sunoo keluar, terhuyung-huyung akibat sepatu hak tingginya. Ia menarik perhatian beberapa orang yang lewat karena rambutnya yang berwarna merah terang, tapi ia tidak menyadarinya. Ia bertanya pada Sara, "Dia sudah menunggu?"

Wanita itu tampak gelisah. "Ya."

Sejenak Sunoo berdiri di sana dalam balutan gaun baru-nya yang indah, dengan dandanan dan rambut rapi. Di belakangnya ada kehidupan lamanya yang aman. Kehidupan yang ia kenal. Di hadapannya ada perairan yang belum terpetakan. Hidup dengan seorang pria yang menginginkannya tapi tidak terlalu memedulikannya.

Saat itu, Sunoo merasakan gerakan kecil di dalam dirinya, semacam gelenyar samar. Ia meletakkan tangan di perut-nya, yang tampak makin besar setiap harinya. Secara realistis, Sunoo tahu tidak mungkin ia merasakan gerakan si bayi... belum saatnya... tapi hal itu mengingatkannya, seakan ia perlu diingatkan, akan apa yang dipertaruhkan. Ia hanya bisa bergerak maju.

Niki tahu Sunoo telah tiba ketika merasakan perubahan energi yang halus. Sedikit orang yang ada di kantor catatan sipil terdiam. Ia tidak berbalik untuk melihat wanita itu berjalan ke arahnya, walau ia ingin.

Sunoo sampai di sisinya dan aromanya tercium. Aroma khasnya. Ringan dan halus. Bukan aroma kental yang Sunoo gunakan sebelumnya.

Rasa sesak di dalam dirinya mereda. Kesesakan yang dirasakannya sejak telepon penuh emosi yang dilakukan-nya dengan saudara tirinya tempo hari.

Gabriel Torres berkata pada Niki, "Aku terlalu meremehkanmu, Sanchez. Semua orang tahu motivasimu menikahi Leonora Flores, tapi fakta bahwa kau menikahi wanita yang diduga ibu dari anakmu memperlihatkan keberanianmu. Dia tidak dapat disuap rupanya, ya?"

Niki kaget merasakan kemarahan yang ditimbulkan oleh kata-kata saudaranya. Dengan susah payah ia mengontrol emosinya dan berkata, "Tidak semua orang dan segala sesuatu dapat dijual, Torres. Rencanaku untuk pasar tua di pusat Madrid jauh lebih baik daripada rencanamu. Aku benar-benar peduli pada kota ini. Hanya itu yang perlu kau khawatirkan."

Gabriel Torres mengeluarkan suara mengejek. "Tolong jangan menghinaku dengan berpura-pura memiliki tujuan mulia. Minatmu pada hal ini murni bersifat personal dan untuk melawanku karena klaim konyol soal kita memiliki hubungan darah. Sungguh disayangkan Leonora harus menjadi salah satu korbanmu."

Niki menghitung hingga sepuluh dalam hati. "Itu bukan klaim palsu, Gabriel. Aku tidak menginginkan apa pun darimu atau keluargamu, selain pengakuan. Dan apa-kah kau berharap aku percaya pernikahanmu dengan Leonora tidak bersifat politis? Dia wanita yang baik, Gabriel- bukan seseorang yang bisa kaugunakan sebagai alat."

Kim.Sunoo Harem (Gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang