Confenssions 5

56 10 2
                                    

Dua minggu kemudian...

"Jadi, bagaimana tepatnya kau berencana menangani situasi ini, hmm?"

Niki mengernyit pada sahabatnya, Ciro Sant'Angelo, yang ia temui di Roma untuk mendiskusikan sebuah tawaran bisnis.

Ciro sedang memegang tabloid Italia dengan foto buram Sunoo dari malam pertunangan Niki di hotel pada halaman depan dan judul berita Mengandung anak Niki Sanchez, tapi di mana wanita itu sekarang?

Ciro melemparkan koran itu ke meja. Tinggi, gelap, dan tampan. Dia dapat mewakili gambaran dewa Italia, jika bukan karena bekas luka kasar di pipi kanannya, memberikan aura berbahaya. Luka tersebut akibat penculikan yang terjadi padanya bertahun-tahun lalu. Sekarang ia berkata, "Temanku, kurasa aku tidak perlu mengatakan bahwa kau kemungkinan harus berkomitmen seumur hidup, bahkan meski kau tidak menikahi wanita misterius yang tidak mau kauceritakan padaku ini."

Kata-kata Ciro mengusik Niki. Begitu juga dengan hati nuraninya, yang setiap hari mengingatkan bahwa Sunoo masih menanti di hacienda-nya dan bahwa selama dua minggu terakhir ia menyambar setiap kesempatan untuk menunda kepulangannya. Ia tidak menyukai kebutuhannya untuk bertemu Sunoo lagi.

"Mengapa aku harus menikahinya? Dia sama sekali tidak cocok untukku."

"Mungkin karena dia ibu dari anakmu?" ujar Ciro dengan santai.

Niki memandang temannya. "Hanya karena kau membiarkan seorang wanita mencuci otakmu-"

"Jangan bicara soal Lara seperti itu. Sekadar bercanda pun tidak boleh." Ekspresi Ciro langsung menggelap. Ketegangan menggantung di udara.

Hatinya seolah teremas. Ini tidak seperti dirinya. Ia tak pernah memprovokasi temannya. Niki telah mengangkat Ciro yang terpuruk secara harfiah setelah wanita yang dicintainya mengkhianatinya. Tapi sekarang mereka kembali bersama, dan Niki menjadi saksi pernikahan mereka baru-baru ini. Ia tidak pernah melihat kemesraan serta gairah yang begitu dalam di antara dua orang. Hal itu membuatnya tidak nyaman sekaligus menyentuh sesuatu di dalam dirinya. Sesuatu yang ia tutup dan sembunyikan dalam-dalam. Niki tak bisa membayangkan membiarkan diri-nya terlihat begitu rapuh di hadapan orang lain. Apalagi di depan puluhan tamu di acara pernikahan. Dan itu alasan lain ia menghindari kembali ke hacienda. Sunoo telah menyentuh terlalu banyak hal di dalam dirinya. Berbagai macam emosi yang tak pernah ia jelajahi dan ia tak berminat melakukannya sekarang.

Ciro berkata, "Sebetulnya, ada yang ingin kusampai-kan." Niki memandang temannya, yang berkata sambil tersenyum, "Lara hamil. Tiga bulan."

Sekarang Niki merasa seperti seorang bajingan. Ia mendekat dan memeluk temannya. Kemudian melangkah mundur. "Aku sungguh gembira untukmu dan Lara. Kau pantas mendapat kebahagiaan ini."

Temannya itu menatap mata Niki. "Terima kasih... Tapi kau juga pantas mendapatkannya, kau tahu itu."

Beberapa jam kemudian, di dalam pesawat pribadinya kembali ke Madrid, memandang ke luar jendela dengan murung, memikirkan kata-kata Ciro.

Kau juga pantas mendapatkannya...

Betulkah? Kebahagiaan merupakan konsep abstrak bagi Niki. Ia selalu membayangkan, akan datang saat-nya ia berdiri di sebuah ruangan, di hadapan semua orang yang pernah mengucilkannya dan mereka harus mengakui keberadaan serta kesuksesannya. Mengakui bahwa ia bagian dari mereka. Ia nyaris mendapatkan momen itu. Tapi keteledorannya sendiri yang telah mempercepat kahancurannya. Bayangan wajah Sunoo yang berbentuk hati muncul di benaknya... bibir yang lembut itu. Tubuhnya langsung merespons. Ia mengumpat.

Ponselnya berbunyi dan ia mengeluarkannya, membaca e-mail yang dikirimkan salah seorang tim hukumnya. Dan ketika ia mencerna isinya, suhu tubuhnya berubah dari panas jadi membeku. Wanita itu melakukannya lagi. Menarik perhatian pada dirinya sendiri. Dan pada Niki. Membuatnya menjadi bahan tertawaan.

Kim.Sunoo Harem (Gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang