Beberapa jam kemudian, Sunoo sudah berpakaian dan siap pergi, tetapi ia menunda-nunda keluar dari kamar untuk bergabung dengan Jay di suite utama, tempat pria itu sedang menelepon, karena pemahaman tentang malam sebelumnya dan segala sesuatu yang telah terjadi merasukinya sepenuhnya dan sangat terlambat. Seolah sebelum ini ia hanya memblokirnya.
Hanya memikirkan betapa mudah Jay menerima rahasianya dan betapa lembut sikap pria itu sungguh membuatnya kewalahan. Di setiap langkah, ketika ia menyangka Jay akan menatapnya dengan ngeri, berbalik lalu pergi... menolak dirinya... Jay malah melakukan sebaliknya.
Kilas balik tentang tungkai-tungkai saling melilit dan penuh keringat melandanya, tentang tangan Jay yang keras di pahanya, menahannya di tempat supaya bisa menyatukan tubuh mereka lebih dalam... Sunoo merasakan keringat halus merebak di sekujur tubuh.
Sungguh meremehkan jika dikatakan ia hanya merasa liar dan terekspos. Ia tak pernah merasa seperti ini sejak kecelakaan. Rasanya seolah Jay mengoyak lalu menyatukan dirinya kembali, dan sekarang Sunoo tidak yakin siapa dirinya lagi.
Memikirkan mata abu-abu yang disipitkan ke arahnya membuat Sunoo mondar-mandir gelisah sambil mengerumiti kuku. Kebiasaan buruk yang sudah dihilangkannya bertahun-tahun lalu.
Dengan efektif, Jay menghancurkan setiap dinding pertahanan emosi yang Sunoo bangun di sekeliling dirinya tadi malam, dan sekarang tidak ada yang tersisa untuk dijadikan tempat persembunyian. Bagaimana ia memanfaatkan kakinya sebagai mekanisme pertahanan diri untuk menjauhkan Jay sama sekali tidak diterima. Dan pemikiran bahwa akan ada malam lain seperti tadi malam sungguh menakutkan.
Sunoo sangat cemas Jay akan dengan mudah mengekspos hal-hal yang bahkan belum siap ia akui kepada diri-nya sendiri. Seperti seberapa jauh Jay memengaruhi dirinya. Seperti seberapa rindu ia ingin Jay melihatnya seperti sebelumnya, ketika ia tidak berbuat kesalahan di mata pria itu.
Jay dulu sering menatapnya dan berkata, "Aku tak percaya seseorang sepertimu ada di dunia ini..."
Ketukan cepat di pintu mengejutkan Sunoo dari lamunan.
"Sunoo? Sudah siap? Mobilku sudah menunggu untuk membawa kita ke bandara."
Membawa mereka ke Jandor. Kembali ke tempat Sunoo menyadari betapa tidak sesuai dirinya untuk menjadi bagian permanen dari kehidupan Jay. Namun ia tetap berusaha meyakinkan diri bahwa segalanya akan baik-baik saja.
Dengan pemikiran dan kesadaran baru itu masih bergaung di dalam kepalanya dengan begitu memualkan, Sunoo menghampiri pintu dan membukanya. Jay memenuhi bidang pandangnya. Pria itu sudah berganti pakaian dengan setelan sewarna arang, kelihatan agung dan mengesankan.
Tanpa sempat menahan diri, Sunoo bersuara, "Ada sesuatu yang harus kusampaikan sebelum pergi."
Dengan tetap tenang, meskipun Sunoo bisa membayangkan sepasukan orang menunggu mereka untuk pergi, Jay hanya berkata, "Oke."
Sunoo lega karena sudah memakai celana bahan pas di tubuh dan kemeja sutra. Ia ingin mengirimkan kesan tanpa tedeng aling-aling.
Ia melangkah ke suite utama, lalu berbalik menghadap Jay seraya menguatkan diri. "Yang terjadi tadi malam tidak akan terulang lagi."Bahkan saat mengatakannya, Sunoo dapat merasakan jantungnya berkhianat dengan mencelus kecewa. Dan sesuatu di antara kakinya berdenyut seakan memprotes.
Jay bersandar pada ambang pintu dan bersedekap. Dia menaikkan sebelah alis. "Kenapa begitu?"
Sunoo ingin bergerak, tetapi memaksakan diri untuk berdiri diam dan terdengar dingin dan tak acuh. "Karena tadi malam sudah cukup bagiku. Dan, dalam hal apa pun, Jandor bukanlah lokasi yang tepat bagi seorang raja untuk melakukan urusan terlarang dengan seseorang yang sangat tidak pantas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim.Sunoo Harem (Gs)
RomanceOne shoot Sunoo Harem gs AU🔞 #Sunki #Sunwon #Sunsun #Sunjay #Sunjake #Heesun