Jay marah. "Pergi begitu cepat?"
Sunoo memaksakan diri agar terdengar dingin. "Sakit kepala." Sekarang ia bahkan tidak sedang berbohong. Ia dapat merasakan pelipisnya berdenyut-denyut.
Jay mengernyit dan melangkah ke dalam lift bersamanya saat pintu tertutup. Seketika, ruang itu dikerdilkan oleh sosok maskulinnya yang tinggi dan lebar. "Akan kuantar kau ke kamarmu."
Kepanikan melanda. "Tidak usah- kau seharusnya tidak meninggalkan acara."
Jay mengedikkan bahu bahkan saat matanya terpaku ke arah Sunoo, waspada. "Mereka hampir tidak memperhatikannya sekarang, sampanye dan koktail telah mengalir selama beberapa jam. Tujuan malam ini telah tercapai. Jandor akan terpatri dalam benak mereka, berkat kau dan berlian itu."
Jay menekan tombol dan lift mulai bergerak diiringi sentakan kecil. Itu sudah cukup untuk membuat Sunol terhuyung dan kehilangan keseimbangan, terjatuh ke belakang. Jay meraihnya secepat kilat, memegangi lengannya dan menarik Sunoo ke arahnya.
Keduanya terkesiap oleh kontak tersebut, dan dengan umpatan teredam, Jay mengulurkan tangan dan menghantam tombol stop. Tangan Sunoo mendorong dada Jay saat liftnya tersentak berhenti.
"Apa yang kaulakukan?"
"Apa kau benar-benar sakit kepala, Sunoo?"
Sunoo mendongak menatap pria itu tanpa daya. Ia tahu jika ia mencoba bergerak, Jay hanya akan menariknya lebih dekat, dan saat itu ia bisa merasakan setiap bidang keras di dada Jay dan bukti gairah pria itu. Terhadap dirinya? Atau terhadap wanita tadi?
Gairah dan rasa muak terhadap diri sendiri membanjiri Sunoo. Ia pun mendorong tubuhnya menjauh, melangkah mundur sampai membentur dinding dan tak bisa bergerak lagi. Jay maju selangkah. "Kau tidak sedang sakit kepala, kan?"
Sunoo menggigit bibir, tetapi rasa sakit yang menusuk itu tidak membawa pengaruh apa-apa. Membayangkan Jay tertawa-tawa bersama wanita tadi membuatnya berkata dengan gegabah, "Memangnya apa pedulimu, Jay? Aku kan cuma maneken hidup yang bisa berjalan. Tamu-tamumu akan mencarimu."
Mata Jay berkilat-kilat, kemudian dia menyipitkan mata ke arah Sunoo dan melangkah semakin dekat. Begitu dekat sampai-sampai Sunoo bisa melihat pangkal janggut di rahang kokoh pria itu. Bintik kelabu lebih gelap di mata yang menyihir itu.
Dengan lirih Jay bertanya, "Kau tidak cemburu kan, Sunoo? Cemburu karena aku memberikan perhatian kepada wanita yang jelas-jelas akan menerimaku di ranjangnya jika aku mengatakannya?"
Terkejut karena telah mengekspos dirinya dengan begitu mudah dan cepat, Sunoo berseru, "Jangan konyol. Aku tidak peduli kau tidur dengan siapa."
Jay melangkah lebih dekat. Cukup dekat untuk menyentuh. "Bohong," bisiknya. "Menurutku kau peduli." Wajah Jay terlihat sengit sekarang. Dia menumpukan kedua tangan ke dinding, di sisi-sisi kepala Sunoo, melingkupi Sunoo dengan seluruh tubuhnya.
Sunoo hampir tidak dapat bernapas. Ketegangannya begitu tebal sampai-sampai bisa diiris dengan pisau. Tinjunya terkepal di samping tubuh agar ia tidak menjangkau pria itu atau memukulnya.
"Sebenarnya kau membuatku memanfaatkan metode kasar yang bahkan tak pernah digunakan remaja lelaki kurang beruntung."
Sunoo menggeleng, kesulitan untuk fokus. "Apa sebenar-nya maksudmu?"
Rahang Jay mengencang. "Maksudku, tindakanku membuatmu cemburu, Sunoo. Aku ingin membuatmu cemburu. Aku ingin memprovokasimu untuk menunjukkan kepadaku sesuatu... apa pun... sehingga aku tidak merasa seolah aku satu-satunya yang akan menjadi gila di sini."
Sunoo menelan ludah, semua gejolaknya melarut dan digantikan oleh kelembutan berbahaya. Ia berbisik goyah, "Kau tidak akan menjadi gila..."
"Masalahnya," kata Jay, seolah tadi Sunoo tidak berbicara, suaranya parau. "Aku peduli tentang siapa wanita yg kutiduri, dan sayangnya hanya ada satu wanita yg kuinginkan. Dia menghantuiku selama berbulan-bulan dan aku tidak bisa mengenyahkannya dari kepalaku... tidak sampai aku mencicipi setiap jengkal dirinya lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim.Sunoo Harem (Gs)
RomanceOne shoot Sunoo Harem gs AU🔞 #Sunki #Sunwon #Sunsun #Sunjay #Sunjake #Heesun