A Shadow 4

89 16 5
                                    

"Apa yang kaukatakan pada ayahku?" bisik Sunoo pada Jungwon saat mereka berjalan keluar dari rumah sakit satu jam kemudian.

Jungwon sendiri masih syok dengan reaksi Emilio saat melihatnya. Hanya berdua dalam kamar rumah sakit dengan pria tua itu, Jungwon telah mempersiapkan diri untuk apa pun yang akan dikatakan ayah Mario, memperkirakan cercaan atau kebencian yang sama dengan putrinya. Tapi pria itu benar-benar membuatnya terkejut saat berkata dengan sedikit kaku, "Pertama-tama, terima kasih. Aku yakin alasan aku masih hidup adalah dirimu."

Jungwon menggumamkan sesuatu, merasa malu. Lalu Signor Ferranti mengulurkan tangannya. "Ke sini, Nak... biarkan aku melihatmu."

Jungwon mendekat dan menyambut tangan Emilio, yang menjabatnya dengan genggaman kuat tak terduga. Suaranya lebih parau dan emosional. "Ketika kami kehilangan Mario... kami juga kehilanganmu."

Mulut Jungwon terbuka, lalu tertutup. Emosinya sendiri berpacu semakin cepat. Akhirnya ia mengatakan, "Tapi... bukankah Anda menyalahkan saya? Membenci saya atas apa yang terjadi?"

Emilio sudah melepas tangan Jungwon dan menunjuk kursi untuk Jungwon duduki. Jungwon melakukannya dengan perlahan. Takjub.

"Memang," pria tua itu mengakui, "untuk waktu yang lama. Lebih mudah menyalahkanmu daripada memercayai bahwa itu kecelakaan tragis. Tapi pada akhirnya, itulah yang terjadi. Aku tahu benar betapa nekat Mario, kalian sama-sama nakal."

"Seandainya saya tidak memiliki kuda terkutuk itu-"

Signor Ferranti mengangkat tangan, menghentikan Jungwon. Ia mengangkat alis. "Apa kau benar-benar menganggap dirimu bisa menghentikan Mario saat dia ingin melakukan sesuatu?"

Jungwon terasa begitu sesak, ia nyaris tak bisa bernapas. Ia mengangkat bahu sedikit.

Ayah Mario berkata lembut, "Mario mengikutimu bagai anak anjing, ingin melakukan semua yang kau lakukan..."

Perut Jungwon terasa berat, rasa bersalah yang terlalu familier muncul saat membayangkan berbagai aktivitas nekat untuk mendorong Mario bergabung dengannya selama bertahun-tahun. Apa pun demi mengurangi rasa kesepiannya sendiri. "Saya tahu," jawabnya pelan.

Namun seolah merasakan hukuman Jungwon untuk diri sendiri, ayah Sunoo berkata lembut, "Jungwon, dia sangat mengagumimu... persis seperti yang kutahu, yang kau rasakan juga terhadapnya."

Jungwon memandang Signor Ferranti dengan terkejut. Tak ada tuduhan dalam suara pria itu, hanya kepasrahan.

"Tapi bagi Sunoo... sangat sulit baginya menerima hal itu. Dia sangat marah... kurasa, ia masih marah."

"Jungwon!"

Sejenak Jungwon memandang Sunoo dengan tatapan kosong. Ia seolah masih berada dalam kamar dengan ayah Sunoo. Sekarang mereka sudah di luar rumah sakit dan Sunoo bersedekap serta memelototinya. Ada tanda-tanda keletihan di bawah matanya dan itu membuat keputusan Jungwon semakin bulat.

Sekarang setelah mendapatkan perhatian Jungwon, Sunoo melanjutkan. "Jadi, apa kau akan menceritakan padaku bagaimana kau berani mengusulkan supaya ayahku dipindahkan ke klinik spesialis swasta di Syracuse, apalagi membawanya ke rumah sakit di pulau utama untuk menjalani operasi jantung penting?"

Jungwon menahan amarah yang sepertinya semakin sulit ditahan di dekat wanita ini. Ia menghela napas dalam. "Aku menawarkan diri untuk membantu ayahmu dan aku senang beliau menerimanya. Dengan memindah-kan beliau ke Syracuse sembari menunggu operasi, kau bisa pindah ke akomodasi staf di gelanggang pacuan. Itu membuatmu tak perlu pulang-pergi dan membuatmu tenang karena orangtuamu sangat dekat denganmu. Itu juga akan membuat pikiran mereka tenang karena tahu kau tidak membuat dirimu sendiri kelelahan."

Kim.Sunoo Harem (Gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang