King Mistress 10 end

271 25 14
                                    

Beberapa jam kemudian, Jay masih merasakan gelombang kelegaan bergema di sekujur tubuhnya. Sunoo rupanya tidak mengalami cedera besar apa pun selain benjolan di kepala terjatuh di undak-undakan yang tentu saja tidak akan dilihatnya dengan kerumunan orang yang mendesak.

Tangannya secara naluriah dikepalkan erat-erat ketika teringat bagaimana Sunoo terbaring di sana, begitu pucat dan tak bergerak, orang-orang hanya menganga ke arahnya tanpa guna.

Sunoo tersadar tak lama setelah tiba di rumah sakit, dan kekhawatiran pertamanya adalah untuk memberitahu Jay bahwa itu sama sekali bukan kesalahan tim keamanannya, dia yang menyelinap pergi diam-diam. Naluri Sunoo untuk melindungi ketidakbecusan mereka hanya meningkatkan kemarahan Jay kepada anak buahnya. Dan membuatnya menyadari betapa ia meremehkan loyalitas bawaan Sunoo.

Jay berdiri di sisi seberang sebuah pintu berjendela, mengamati Sunoo, yang sedang duduk di tempat tidur mengenakan baju rumah sakit. Sunoo baru melakukan pemindaian MRI dan mereka tinggal menunggu hasilnya. Bahkan dalam balutan baju rumah sakit yang polos, wanita itu tampak menakjubkan.

Sunoo tidak memakai kaki prostetiknya dan ada kursi roda di dekatnya. Tetapi dia tidak sendirian, ada seorang gadis kecil duduk di sampingnya, berusia sekitar sembilan atau sepuluh tahun. Gadis kecil itu juga diamputasi di bawah lutut.

Jay tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, tetapi gadis kecil itu menatap Sunoo dengan mata membulat. Kemudian tiba-tiba saja, senyum ragu muncul di wajahnya yang cantik. Pipinya bernoda air mata ketika seorang dokter membawanya untuk menemui Sunoo beberapa saat sebelumnya.

Dokter gadis kecil itu sekarang berdiri bersama Jay, dan berkata dengan suara pelan dan tercengang, "Terima kasih karena setuju membiarkan Amira mengunjungi Miss Winters."

Jay menahan diri berkata bahwa segera setelah memberitahu Sunoo tentang gadis muda itu, Sunoo mendesak agar Jay mengizinkannya berkunjung.

Dokter melanjutkan, "Amira kehilangan kakinya karena meningitis. Dia tidak berbicara sepatah kata pun selama berbulan-bulan kepada siapa pun- bahkan keluarganya. Tapi sekarang lihat dia..." Dokter menggeleng-geleng. "Miss Winters wanita yang luar biasa."

Jay menahan kekesalannya karena sang dokter merasakan kebutuhan untuk menunjukkan kepadanya apa yang sudah ia ketahui. Ia sedang tegang dan gelisah. Dokter membuka pintu dan masuk untuk menjemput Amira. Gadis itu melompat turun dari tempat tidur dan duduk di kursi rodanya, mengucapkan selamat tinggal kepada Sunoo.

Jay berjongkok saat gadis itu didorong keluar dari ruangan dan matanya membulat ketika melihat dan mengenali Jay untuk pertama kalinya. Jay mengulurkan tangan dan Amira menjabatnya dengan tangan yang jauh lebih kecil. Sesuatu yang benar-benar asing di dalam diri Jay bergerak dan berkembang.

"Halo, Amira. Aku yakin kau gadis muda yang sangat pemberani."

Amira mengangguk dengan serius, mata cokelatnya yang besar membelalak penuh kekaguman yang Jay yakin tidak hanya ditujukan khusus untuknya. Kemudian Amira mengatakan sesuatu kepadanya dalam bahasa Jandor dengan kecadelan menawan khas anak-anak, dan sensasi asing di dalam diri Jay semakin merebak, sejenak membuat napasnya tersekat.

Jay harus berdiri untuk membiarkan dokter mendorong gadis itu keluar, dan dia mendengar Sunoo bertanya, "Ada apa? Kau terlihat seperti baru melihat hantu. Apa yang dia katakan kepadamu?"

Jay menoleh ke arah Sunoo, dan untuk kali pertama dalam hidupnya, Jay tahu ia bersikap pengecut ketika berkata, "Bukan hal penting." Ia menghampiri Sunoo "Bagaimana keadaanmu?"

Sunoo meringis dan menyentuh kepalanya yang terantuk. "Kurasa aku bakal sakit kepala selama seminggu, tapi selain itu aku baik-baik saja." Ia menatap Jay. "Aku tidak bermaksud mengacaukan malam itu dengan begitu dramatis."

Kim.Sunoo Harem (Gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang