A Shadow 3

74 15 2
                                    

Jungwon terlihat muram dalam cahaya remang-remang koridor. "Ya, aku."

Masih terlalu terkejut untuk memahami situasi, Sunoo hanya mengucapkan, "Bagaimana kau bisa naik ke sini?" Pintu depan berada di lantai dasar dan ada lima apartemen dalam bangunan tua reyot di salah satu jalanan yang tak terlalu terawat di Palermo ini.

"Seseorang sedang masuk saat aku tiba."

"Bagaimana kau tahu di mana aku tinggal?"

Mulut Jungwon menegang. "Aku bertanya."

Sunoo berani bertaruh Jungwon memang melakukan itu dan siapa yang takkan memberikan informasi yang diinginkan seorang Corretti? Melihat Jungwon secara langsung seperti ini saat ia merasa begitu rapuh membuat Sunoo berang.

"Apa maumu, Jungwon?" Sunoo dapat melihat mata Jungwon berkilat dan sadar ia baru saja memanggil pria itu Jungwon. Perutnya mulai bergolak.

"Bolehkah aku masuk sebentar?"

"Tidak, tak boleh."

Sunoo mencoba menutup pintu tapi terkejut saat merasakan tangan Jungwon menghalangi. Pria ini mendadak terlihat agak menakutkan.

"Kita bisa bicara di depan pintu ini dan memberi tetangga-tetanggamu sesuatu untuk didengarkan atau kau bisa mengundangku masuk."

Saat itu Sunoo mendengar derit pintu tetangga-nya dan dengan sangat enggan membiarkan Jungwon masuk. Jungwon masuk dan berdiri di tengah ruang tamu kecil, dengan dapur di baliknya dan kamar tidur kecil serta kamar mandi di sisi yang lain. Tempat itu tidak mewah, terutama saat Sunoo membayangkan castello Jungwon.

Sunoo pura-pura tersenyum. "Well, kurasa kau tidak ke sini untuk memberiku tip mengenai bagaimana tinggal di tempat kecil."

Sudut mulut Jungwon terangkat dan perut Sunoo semakin bergejolak. Sialan.

"Tidak. Bukan itu alasan aku ke sini." Jungwon berbalik menghadapnya dan Sunoo menyadari pria itu telah mengganti kaus polo dan jinsnya dengan kemeja putih serta celana kain. Rambutnya yang terlalu panjang mengikal di atas kerahnya, sehelai rambut jatuh dekat matanya.

"Aku ke sini karena tadi kau kabur setelah mengatakan kau tak butuh aku untuk membantumu. Tapi jelas kau siap meminta bantuanku sampai saat itu. Kau tak akan mengemudi melintasi pulau tanpa alasan."

Sunoo kembali memaki dirinya karena pergi menemui Jungwon. Ia mengangkat dagu. "Itu ide buruk. Semuanya baik-baik saja."

Jungwon bersedekap. "Aku mengenal Bibi Carmela, aku rasa semua sama sekali tidak baik-baik saja."

Perut Sunoo bergolak. Situasinya sama sekali tak baik. Situasinya mengerikan. Tapi ia takkan meminta bantuan Jungwon. Ia tak boleh. Terlalu banyak sejarah di antara mereka. Begitu pula dengan berbagai perasaan berbahaya yang tak ingin ia pikirkan. Jadi, sebuah suara kecil bertanya padanya sekarang, kenapa kau menemuinya tadi?

Dengan tegas Sunoo kembali membuka pintu dan berdiri di sampingnya. Ia melihat Jungwon tapi menghindari mata pria itu. "Tak seharusnya aku menemui-mu tadi. Aku ingin kau pergi sekarang."

Jungwon memandang wanita yang berdiri begitu kaku di sisi pintu dan ingin mengguncangnya. Sunoo tadi datang untuk sesuatu. Dengan jengkel ia berkata, "Dengar, Sunoo, kau tahu kau bisa bicara padaku. Kau bisa memberitahuku apa pun jika kau membutuhkan sesuatu."

Sunoo memandangnya dan untuk pertama kali-nya Jungwon menyadari wanita itu pucat dan terlihat letih, ada bayangan di bawah matanya. Kecemasan di wajah-nya.

"Tidak, kau yang dengar. Berpura-puralah tak pernah melihatku hari ini. Nah, untuk yang kedua kali-nya, aku ingin kau pergi. Kau tak seharusnya datang jauh-jauh ke sini."

Kim.Sunoo Harem (Gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang