Stops Turning 9

185 19 6
                                    

Bahu Sunoo menegang. Dengan bertelanjang kaki, Sunghoon melangkah pelan ke arahnya dan ia berbalik, seolah takut Sunghoon mendekatinya. Pria itu menatap gelas berisi minuman berwarna keemasan di tangannya.

Sunoo tersenyum kaku, mengangkat gelas ke arah Sunghoon. "Chin-chin." Kemudian, wanita itu menenggak dalam-dalam, menghabiskan seluruh isi gelas.

Sunghoon melihat pipi Sunoo merona kemerahan tetapi wanita itu tetap bungkam. Bukti jejak air matanya sudah hilang, tetapi mata Sunoo masih terlihat besar, sembap.

"Sunoo...", ujar Sunghoon dengan tenggorokan tersekat. "Aku minta maaf. Aku tak bermaksud menyakitimu..."

"Kau tidak menyakitiku, Sunghoon, aku menikmatinya. Sejak aku mengenalmu kau jelas mempunyai sisi gelap.... Apa kau senang melakukannya dengan salah satu kekasih gelapmu? Atau itu hanya karena kau terlalu sering melakukannya, sampai-sampai hubungan seks yang biasa membuatmu bosan?"

Sunghoon mengertakkan gigi. Ia tahu Sunoo merasakan hal yang sama dengannya, ia bisa merasakannya dari tubuh Sunoo... kesedihan Sunoo datang setelah mereka selesai bercinta....

"Aku tidak pernah melakukannya dengan wanita lain," Sunghoon mengakui dengan enggan. Ia tidak pernah terdorong untuk melakukannya dengan wanita lain.

Sunoo tertawa kasar dan mengangkat sebelah alisnya. "Jadi, hanya aku? Haruskah aku merasa tersanjung karena sudah membuatmu marah sampai kau harus mengikat-ku...?"

Sunghoon mengerutkan kening, mulai merasa bingung. "Marah?" Apakah emosinya terbaca dengan begitu jelas? Semua kecemburuan dan kerentanan yang ia rasakan tadi?

Tetapi, Sunoo terus bicara. "Aku tahu kau marah tentang Milo, Sunghoon, tetapi kau tak bisa melampiaskan amarahmu padaku seperti ini."

Nyaris tanpa berpikir, Sunghoon berkata, "Tapi, aku tidak marah tentang Milo."

Saat itu juga, ia sadar bahwa ia memang tidak marah soal itu lagi. Amarahnya mereda dan digantikan dengan kemarahan yang jauh lebih gelap... yang berakar dari keterampilan unik wanita di hadapannya untuk membuatnya lepas kontrol dan hilang arah. Kemarahan akibat perasaan ringkih yang ia rasakan setiap kali berdekatan dengan Sunoo.

Namun, sepertinya Sunoo tidak mendengarnya. Wanita itu mendekat untuk meletakkan gelasnya yang sudah kosong dan Sunghoon bisa melihat lekuk payudaranya di balik kemeja yang dipakai asal-asalan. Tubuhnya langsung bereaksi. Sunghoon sadar: dirinya tidak akan bisa melupakan wanita ini, tidak untuk selamanya. Sesuatu di antara mereka tidak akan pernah mati, justru semakin menyala.

Sunghoon terkesima, kepalanya dipenuhi pemahaman baru bahwa ia tidak akan pernah terpuaskan. Ia nyaris tidak sadar Sunoo berjalan keluar ruangan. Otaknya berputar begitu cepat, berusaha memahami pemahaman yang baru ia dapatkan, yang belum siap ia hadapi, bahwa ia tidak boleh melepaskan Sunoo. Dan sekarang, itu adalah hal paling jelas yang pernah ia ketahui.

Sunoo mencengkeram pegangan tangga selagi ia melangkah naik. Sunghoon boleh saja berkata bahwa ia tidak marah soal Milo... tetapi pria itu tetap marah kepadanya. Itu jelas. Mungkin penyebabnya karena Sunghoon menginginkan Sunoo dan jadi membenci diri sendiri akibat keinginan itu? Semua kendali diri yang berhasil Sunoo kumpulkan sebelum Sunghoon muncul dan mengajaknya bicara kembali menguap, membuatnya merasa terguncang. Entah bagaimana, ia sampai di kamarnya, menutup pintu dan bersandar di baliknya. Matanya berkaca-kaca. Lagi. Lebih banyak lagi air mata untuk pria yang sedang berada di lantai bawah itu, yang mungkin tidak akan pernah bisa Sunoo pahami.

Sunoo terlalu lemas untuk melepas kancing kemeja Sunghoon. Tubuhnya lemah akibat kenikmatan dan sensasi yang ia dapatkan tadi. Ia merobek kemeja Sunghoon, membuat kancing-kancingnya jatuh ke lantai tanpa suara, dan ia pun merangkak ke tempat tidur. Esok pagi, dia akan mandi dan menghapus aroma percintaan mereka dari kulitnya, tetapi saat ini, ia tidak ingin menghapusnya. Terlepas dari apa yang baru saja terjadi.

Kim.Sunoo Harem (Gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang