15. Baby Boy

104 2 0
                                    

15. Baby Boy

Jam 00:00 tepat pada pergantian hari, Ruby berhasil melahirkan bayi bermata cemerlang dengan selamat. Proses persalinan tersebut tidaklah panjang, mungkin hal ini disebabkan karena Ruby memiliki postur tubuh yang bagus untuk melakukan persalinan.

Samuel mengambil anaknya dari pangkuan perawat dengan penuh kasih sayang, ia menatap bayi itu dengan wajah takjub, hidungnya mancung dengan kulit putih yang kemerahan - merahan.

"Welcome to the world Kaiza Lajenner Algadrie." Begitulah nama yang sudah mereka sepakati untuk anak pertamanya.

"Mirip papa-nya banget." ucap Ruby, wajahnya terlihat sedikit kecewa karena wajah Kellan memang sembilan puluh persen mirip Samuel.

"Mirip kamu juga, Sayang." sahut Samuel, menghibur Ruby.

Percakapan singkat mereka terhenti ketika Kaiza tiba-tiba menangis kencang. Dengan segera Samuel memberikannya ke pangkuan Ruby untuk di dekatkan pada dadanya yang kini kaya akan air susu.

Samuel menatap Kaiza yang sedang menyusu itu dengan perasaan syukur. Bahkan dari mulut mungil Kellan hingga terdengar suara berdecap-decap karena saking nikmatnya bayi itu menyusu untuk pertama kali.

"Ngenyotnya mirip papanya, ya." Celetuk Ruby, membuat si perawat mengulumkan senyumannya canggung.

"Sok tau," Samuel mengelak.

"Kok sok tau, sih? kan aku yang merasakan," Ruby malah memperjelas.

"Ruby." panggil Samuel dengan tatapan penuh arti agar berhenti membicarakan hal pribadi di umum.

"Eh, maaf," Ruby tersenyum polos ke arah perawat. "Aku nggak lihat kamu tadi."

Perawat itu tersenyum canggung kemudian izin pamit meninggalkan pasangan itu bertiga bersama anak mereka yang baru lahir.

⚪⚪⚪

"Bas, kamu nggak ada niatan untuk punya anak dulu sebelum menikah, kan?" ujar Marcel menatap barang barang perlengkapan bayi yang berserakan di ruang tamu dengan tatapan gelisah.

"Enggak, kenapa?" jawab Baskara tanpa mengalihkan pandanganya dari laptop.

"Terus ini perlengkapan bayi punya siapa? punya kamu, kan?"

"Iya, tapi itu semua untuk Samuel. Istrinya kan baru lahiran kemarin"

Marcel mengangguk. "Kapan kamu kasih ini?"

"Minggu depan, kalau nggak ada kerjaan."

"Boleh aku ikut? Aku pengen gendong bayi juga,"

Baskara menoleh ke arah Marcel. "Kamu pernah gendong bayi sebelumnya?"

"Iya pernah. Dulu waktu masih di panti suka banyak bayi, jadi aku suka gendong mereka ganti-gantian. Kadang sampai pegel,"

Baskara mengangguk pelan. "Rencana mau punya berapa anak kita?" tanya nya tiba-tiba.

"Dua juga cukup, Bas." jawab Marcel, ia mulai menebak arah pikiran pria itu.

"Tiga, ya. Tapi produksi nya setiap hari," sahut Baskara.

Marcel melotot. "Enggak!" Jawabannya dengan tegas membuat tawa Baskara seketika melebar. Pria itu berdiri dari tempat duduknya kemudian berjalan menghampiri Marcel.

Marcel mundur perlahan, beberapa saat setelahnya Baskara berhasil mengangkat tubuh Marcel kemudian menciumi lehernya bertubi-tubi.

"Mau simulasi dari sekarang, nggak?" Baskara berbisik tepat di telinga Marcel.

Hipnotis Baskara (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang