18. Pengaruh

100 2 0
                                    

18. Pengaruh

Cahaya matahari mulai memasuki kamar seorang pria yang sedang malas untuk bangun dari tempat tidur.

Ketika tirai berwarna abu-abu itu menyingkap secara otomatis, seketika pikiran mumet yang ada dalam kepala Baskara perlahan hilang. Pemandangan langit biru sangat berjasa bagi pria itu pagi hari ini. Dalam pengembalian mood nya yang rusak setelah semalam bertengkar.

Perlahan tapi pasti Baskara akhirnya bangun dari tempat tidurnya yang berantakan. Ia hanya mengenakan celana berwarna merah saja tanpa mengenakan pakaian atas. Meregangkan tubuhnya sebentar lalu mulai berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan badan.

Seusai itu, Baskara mengambil beberapa makanan yang telah disiapkan para pelayan kemudian berangkat menuju lantai tiga. Tempat dimana Marcel berada, setelah malam tadi Marcel yang tidak mengizinkan Baskara tidur bersamanya dulu. Marcel butuh waktu untuk menjernihkan pemikiran sendiri.

Pintu kamar lantai tiga berhasil dibuka, sejauh mata memandang kondisi kamar Marcel terlihat cukup berantakan. Baskara menatap nya heran, tak seperti biasanya perempuan yang satu itu malas bebersih ruangannya sendiri.

"Marsella.." Baskara memanggil.

Marcel membuka selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Wajahnya terlihat pucat, rambutnya berantakan dengan mata sembab karena menangis semalaman.

"Maaf, Bas. Aku nggak dengar kamu ketuk pintu tadi." perempuan itu beranjak duduk.

Baskara duduk di sampingnya. Pria tentu menjadi sangat khawatir kemudian menangkup pipi kanan Marcel, mengusap sisa air mata menggunakan ibu jarinya.

"Kamu nggak tidur semalaman? pucat banget gini," ujar Baskara.

"Tidur kok" Jawab Marcel pelan.

"Kenapa begitu, Sayang? kamu masih kepikiran semalam itu?"

Marcel mengangguk. Air matanya kembali mengalir.

"Kenapa aku bisa dari hubungan yang nggak baik, Bas? kenapa takdir aku jelek banget? kenapa aku penghancur keluarga orang lain?"

Baskara mengusap punggung Marcel, mencoba menenangkan pikirannya yang pasti tengah berantakan.

"Sayang, dengar. Jangan salahin diri kamu sendiri penyebab semua kejadian yang terjadi padahal saat itu kamu belum lahir. Yang salah itu orang tua nya, bukan anaknya."

Marcel terdiam sejenak, ia sedang mencerna sesuatu.

"Bas, kita batal nikah aja ya?"

Baskara terkejut bukan main, ia sampai melotot mendengar semburat kalimat yang keluar dari mulut Marcel itu.

"Aku dengar, Jess nggak izinin kita menikah ya? dengan alesan nggak mau kehilangan keluarganya lagi. Dan semalaman tadi aku kepikiran untuk lakuin hal itu, sebagai bentuk maaf ku karena udah hancurin keluarganya," Lanjut Marcel.

Baskara mengernyitkan keningnya.

"Sayang, dengan kita menikah bukan berarti kamu nggak bisa lagi bertemu dengan dia. Aku mohon, jangan batalin pernikahannya ya?"

"Memangnya kenapa kamu mau menikah sama aku? kalau kamu memang menginginkan tubuh aku, dengan senang hati akan aku berikan. Tanpa ada ikatan pernikahan pun." Nada Marcel berubah menjadi lebih serius.

"Aku ingin milik kamu sepenuhnya, jiwa dan raga, dan aku ingin membuat kamu bahagia sampai kapanpun itu. Kita lewati suka maupun duka hingga anak-anak kita nantinya tumbuh sehat," Baskara berujar dengan nada lembut.

"Kok kamu begitu ngomongnya? kamu berbicara seolah-olah kamu bukanlah orang yang merubah gaya hidup ku sangat drastis. Kamu juga berbicara seolah kamu tidak pernah buat aku tersiksa. Kamu itu jahat, Bas. Kamu nggak akan pernah bisa memperbaiki masa lalu kamu," Marcel menatap tajam Baskara.

Hipnotis Baskara (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang