25. Bumil Mood Booster

59 2 0
                                    

25. Bumil Mood Booster

Angin kencang menyapa permukaaan rambut Marcel dengan kuat hingga membuatnya bergerak-gerak cantik.
Suasana rumput yang sedang ia pijak terasa sedikit lembab dan dingin. Awan juga terlihat mendung, namun Marcel suka sensasinya. Ia bahkan enggan memakai jaket meski pakaiannya bisa terbilang cukup terbuka. Marcel memakai dress sabrina berwarna putih gading yang memiliki panjang hanya mencapai pahanya saja.

"Nggak mau pulang sekarang?" tanya Baskara, pria itu duduk diatas rumput yang sama seperti Marcel.

Marcel mengangguk, ia menatap hamparan danau di depannya sambil menikmati angin kencang.

Baskara menatapnya, tanpa sengaja menyunggingkan senyum tipis. Ia turut bahagia melihat istrinya tengah tersenyum lebar itu. Tangannya bergerak mengambil ponsel di saku celana, dan mengambil gambar Marcel secara diam-diam.

Membuat figur candid yang terlihat alami.

Angin yang bertiup berlawanan arah itu membuat bagian depan tubuh Marcel menjadi tercetak jelas bentuknya. Termasuk perut wanita itu yang kini sudah sangat berbeda dengan sebelumnya. Padahal usia kandungannya baru tiga bulan.

"Bas, aku cantik nggak?" Marcel menoleh. "Kamu kok nggak bilang-bilang kalo mau fotoin aku?" ujarnya.

"Nggak apa-apa, hasilnya bagus kok." ujar Baskara.

"Mana liat?"

Baskara mengangkat ponselnya dan memperlihatkan layar ponsel tersebut pada Marcel. Jangan meragukan hasil dari ponsel dengan harga yang cukup mahal itu. Hasilnya tentu sangat menakjubkan, meski tak sejernih kamera khusus pada umumnya.

"Kalau usia kandungan kamu udah enam bulan kita foto maternity, yuk?" ujar Baskara.

"Wih, boleh tuh. Aku tahu tema yang pas."

"Apa tuh?"

"Kamu pakai baju tahanan, ya? biar aura kriminal nya kerasa." celetukan Marcel membuat Baskara memudarkan senyumannya drastis.

"Sayang ... yang bener aja."

Marcel tertawa melihat perubahan ekspresi suaminya, Baskara terlihat sangat menggemaskan menurutnya.

"Bercanda." Marcel meredakan tawanya.

Marcel kembali tersenyum, namun kali ini pandangannya tak terarah pada Baskara. Wanita itu tersenyum pada orang yang berada berdiri dua meter di belakang Baskara.

"Siapa sayang?" tanya Baskara. Pria itu malas melihatnya sendiri.

"Samuel, Bas." jawab Marcel.

Baskara terkejut, ia segera menolehkan badannya ke belakang. Matanya mendapati Samuel dengan dengan pakaian putih khas seorang dokter tengah berjalan menghampiri mereka berdua dengan raut wajah datar.

Setelah berjarak beberapa senti dari kedua orang tersebut, Samuel berhenti. Ia menatap Baskara yang tengah berdiri dari tempatnya dengan tatapan penuh rasa dendam.

"Waktu gue nggak lama. Masih banyak orang yang harus gue tolong sekarang." ujar Samuel.

Baskara tak kalah balas menatapnya tajam, ia sudah mengira jika sesuatu akan terjadi sekarang.

"Apa maksud lo?" Baskara menatapnya.

Samuel tak menjawab, namun tangannya terangkat dan dengan segera mendarat di permukaan mata Marcel. Baskara tentu paham apa yang akan Samuel lakukan, dengan segera pria itu menepis tangan Samuel kasar.

"Jangan pegang istri gue, bajingan." papar Baskara.

Samuel tersenyum tipis meremehkan. "Lo pasti paham apa yang gue lakuin barusan? dia udah sepenuhnya lepas dari hipnotis yang lo tanam di pikirannya. Hipnotis permanen kan? gue tau kok."

Hipnotis Baskara (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang