30. Kasta Tertinggi Elzadda
haii pemuja pria tampan. Selamat datang di episode terakhir ceritaku, yaa. Kemungkinan besar bakal ada ekstra chapter, tapi lihat keadaan otak aku dulu, yaa:)) apakah siap atau tidaknya menambah alur.
-
-
-
-
-
-
-
-Baskara menatap wajah Marcel yang terpejam itu dengan perasaan yang berkecamuk. Meski sudah tak sadarkan diri tapi wanita itu masih terlihat layak untuk dicintai, meski tak terlihat seperti manusia yang sehat.
Kedua bayi mereka sudah tertidur pulas meski tanpa air susu ibu. Mungkin mereka paham jika ibu mereka sedang tidak baik-baik saja.
"Sayang, kamu gak ada niatan bangun?" Baskara yang duduk di kursi sebelah ranjang Marcel berucap.
Tangannya beralih menggenggam tangan Marcel yang bersuhu lebih rendah dari tangannya. Baskara menciumnya.
"Kamu lagi mimpi indah, ya? Sampai gak mau bangun."
Marcel masih bergeming di tempat.
"Aku sangat tidak mengharapkan kalau anak kita lahir selamat, tapi kamu enggak." suara pria itu mulai terdengar serak. Air mata mengalir tanpa henti.
"Kamu masih dengar aku, kan?" Baskara mengusap dahi Marcel yang terhalang rambut.
"Kalau anak kita nanti tanya ibunya kemana aku harus jawab apa, Sayang? aku gak mau hal itu terjadi. Kamu harus bangun." Baskara terisak.
Ruangan itu hening, menyisakan mesin oksigen yang bersuara memompa agar tubuh Marcel tak kehilangan kesegaran.
Sudah delapan jam Marcel tak sadarkan diri. Bahkan detak jantungnya semakin melemah. Hal itu sontak membuat Baskara sulit berpikir positif.
Jari Marcel bergerak, membuat Baskara segera menatapnya penuh harap.
Perlahan, mata yang semula terpejam itu mulai terbuka. Marcel telah sadar, dan kini ia menatap Baskara. Pria itu berucap syukur melihat Marcel kembali sadar.
"Minum." gumam Marcel sangat pelan.
Baskara segera mengatur ranjang Marcel agar lebih tinggi hingga memudahkannya menegak air minum.
Pria itu segera memanggil dokter.
Keadaan Marcel sudah membaik. Meski tidak sempurna sembuh.
"Anak aku mana, Bas?" tanya Marcel.
Baskara segera meraih bayi dengan pakaian serba biru itu ke pangkuan Marcel. Bayi itu membuka matanya ketika sudah berada dalam pengakuan ibunya. Seperti memang sudah menunggu hal tersebut.
"Yang lahir pertama laki-laki, namanya Harris. Seperti yang udah pernah kita diskusikan."
Marcel tersenyum, ia mencium Harris penuh kasih sayang, dangan rasa syukur yang kian membara.
"Kalo yang ini perempuan cantik namanya Harley." Baskara mengangkat bayi dengan pakaian serba merah muda ke pangkuannya.
Harley tiba-tiba terbangun dan menangis kencang. Segeralah Marcel meminta Baskara untuk menukarnya dengan Harris yang masih anteng. Kemudian membawa Harley ke dadanya yang kaya akan air susu.
Tapi tatapan ibu muda itu tentu sangatlah tajam. Marcel melihat mata Harley yang berbeda dengannya ataupun Baskara. Ia menjadi khawatir.
"Bas, kamu punya genetik mata warna abu-abu atau biru?" tanya Marcel.
Baskara menggeleng pasrah. "Sayangnya keluarga aku nggak ada yang punya warna mata kayak gitu."
Dada Marcel kembali sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hipnotis Baskara (TAMAT)
RomanceKehidupan yang normal merupakan suatu kalimat yang mustahil terjadi bagi seorang gadis bernama Marsella Leonny. Pada awalnya hidup Marsella terasa sangat aman dan damai hingga akhirnya ia bertemu dengan salah satu idol ternama yang memiliki jutaan p...