21. Mengapa

45 1 0
                                    

Song : Eye's don't lie - Isabel Larosa

21. Mengapa

Hari Minggu merupakan hari tercinta bagi semua orang, karena di hari tersebut sebagian besar dari kegiatan manusia dimuka bumi mendapatkan istirahatnya masing-masing. Termasuk Samuel. Ia akhirnya mendapatkan libur meski hanya beberapa hari setelah bekerja keras berminggu-minggu lamanya.

Samuel mengawali harinya dengan mandi pagi yang terasa segar setelah semalaman bertempur meluapkan rindu pada sang istri tercinta. Semenjak terjun di dunia medis, hasrat seksualnya menurun cukup banyak. Begitu juga dengan Ruby yang cukup lelah mengurus anak dan mengerjakan pekerjaan rumah.

Pria itu keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Rambutnya tentu masih basah, namun hal itu tak menjadi alasan untuknya agar segera menemui Ruby yang tengah menyusui putra mereka di kamarnya.

"Pagi, Daddy," sapa Ruby.

"pagi juga, Mommy." pria itu mencium pipi Ruby lembut.

"kenapa belum pakai baju? nanti masuk angin lho,"

"Mau nambah, boleh?"

Alis Ruby terangkat, ia menatap Samuel. Mencerna kalimat yang baru saja ia lontarkan.

"Nambah apa?" tanya Ruby.

"Hehe, itu lho sayang. Masa berminggu-minggu aku nggak lakuin itu dan cuma dapat balasan satu malam?"

Ruby mencubit lengan Samuel gemas. "Kaiza kan nggak bisa ditinggal lama-lama,"

"Sebentar aja kok, ya? boleh ya?"

"Nggak ah, kamu main suka lebih dari satu jam," tolak Ruby.

"Kali ini nggak, kok." Samuel masih berusaha.

"Aku emut aja, gimana?"

Samuel menggeleng manja, "Mau nya kayak semalam aja. Boleh ya?" tuturnya dibuat seperti anak kecil.

Ruby menghembuskan nafas panjang. Ia ingin menolak namun tak tega dengan sang suami yang terus-menerus merengek tersebut.

Namun tiba-tiba ponsel Samuel mendapatkan panggilan membuat atensi keduanya teralihkan. Dengan sergap, Samuel berjalan menghampiri sumber suara kemudian melihat nama yang tercantum pada penggilan di ponselnya.

"Ayah?" gumam Samuel ketika usai membaca nama yang tertera.

Pria itu segera mengangkat panggilan ayahnya.

"Halo, Yah?" sapa Samuel.

"Sam, kamu sedang dimana? ada waktu?"

"Lagi libur dirumah, Yah. Kenapa?"

"Nanti siang Ayah, sama Buna kesana ya? mau bicarain sesuatu sekalian nengok cucu kami."

"Iya, siap. Ditunggu ya,"

Panggilan pun berakhir.

"Daddy," Ruby muncul dari balik pintu dengan Kaiza yang sudah tertidur dalam pangkuannya.

"Iya?"

"Siapa yang telpon?"

"Ayah. Dia mau kesini nanti siang,"

Ruby hanya menganggukkan kepalanya singkat. Sementara Samuel terlihat menatap Kaiza tajam, seperti sedang menganalisis sesuatu.

"Kaiza tidur?" tanya Samuel.

Ruby menjawab. "Iya,"

Samuel beranjak kemudian mengambil Kaiza dari pangkuan Ruby dan menaruh bayi berusia tiga bulan itu kedalam baby box berwarna putih mutiara yang terletak di samping ranjang mereka. Setelahnya, pria itu menatap Ruby penuh arti, membuatnya seketika paham dengan maksud tatapan Samuel namun enggan merespon.

Hipnotis Baskara (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang