"Sesuka itu lo sama hujan Na? " Tanya Cesa saat mendapati Naran sedang berdiri dipinggir balkon apartment seorang diri
Naran mengangguk sambil tersenyum teduh.
"Alasannya apa? " Penasaran Cesa
"Alasan Ya? " Gumam Naran, pikirannya seketika melambung jauh keingatan masa lalu
Sedih, hancur dan kehilangan arah, itulah kondisi yang menggambarkan keadaan laki-laki manis pemilik bulu mata lentik itu, ia tetap duduk diayunan taman meski kini butiran air mulai berlomba jatuh ke permukaan bumi.
"Papa bilang nyuruh aku buat fokus sekolah dan belajar aja, tapi apa bisa aku fokus kalau kondisinya kayak gini? " Lirih Naran sambil sesenggukan
Ting
Bunyi notifikasi pesan masuk, dengan gerakan pelan Naran mengambil handphone dari sakunya, menggulir layar handphonenya yang kini sudah basah karena air hujan
Mama
"Kamu ikut mama ke belgia kan sayang? "
"Kamu pasti suka disana""Semudah itu mama ngomong kayak gini setelah selingkuhin papa? " Desis Naran sambil meremat handphonenya, laki-laki manis yang baru masuk SMA 5 hari itu tentu masih shock, saat mendengar kabar perceraian kedua orang tuanya. Mamanya, orang yang paling ia hormati dan sayangi ketahuan selingkuh dengan warga negara asing dan menggugat cerai papanya sepihak
Hal itu sangat menghancurkan mental Naran yang notabene nya memiliki kehidupan bahagia sejak kecil, tak terima kenapa Tuhan merenggut sesuatu yang sangat berharga untuknya.
Ditengah tangisan pilunya, sejenak Naran tak merasakan lagi bulir air hujan menghantam tubuhnya, padahal gemericik air yang turun semakin deras.
Ia putuskan mendongak, mencari tahu benda apa yang melindunginya. Namun, mata sembabnya dibuat berkedip bingung saat mendapati seorang laki-laki yang berdiri didepannya sambil memegangi payung untuknya.
"Meskipun lo udah terlanjur basah, seenggaknya badan lo gak sakit kejatuhan air hujan" Ucap laki-laki yang Naran kenal sebagai anak famous di angkatan barunya, Yasa.
Naran diam, bingung harus merespon apa.
"Lanjutin aja, gue temenin" Lanjut Yasa, dan sore itu Naran kembali menangis namun lebih kencang lagi, ditemani Yasa yang senantiasa memegangi payung untuknya.
20 menit berlalu, hujan berangsur reda diikuti Tangisan Naran yang juga sudah selesai itu.
"Terimakasih banyak, maaf ngerepotin" Lirih Naran
"No problem" Jawab Yasa lalu duduk di ayunan membuat Naran menoleh bingung
"Lo nggak balik? " Tanya Naran
"Ninggalin lo sendirian dengan kondisi kayak gini? " Yasa
"Apa urusannya sama lo? " Naran
"Gak ada, tapi karena sekarang kita temenan, lo jadi urusan gue" Jawab Yasa
"Sejak kapan kita temenan? " Dengus Naran, orang disampingnya ini gaje banget
"Sejak sekarang, kalau lo butuh tempat cerita lo bisa kasih tahu gue" Yasa
"Emang gue mau temenan sama lo? " Ketus Naran
"Gue maksa si, soalnya rugi kalau gak temenan sama lo, lo pinter bahasa Inggris kan? Jadi ajarin gue ya?" Bujuk Yasa
Naran mengangkat alis sebelahnya bingung " Lo lebih jago, kan lo bule" Naran
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Juvenile : MANGUN KARSA
أدب المراهقينKisah kami yang penuh dengan ketidaksempurnaan ~ ayo kita sempurnain bareng-bareng! Yasa: "Biasalah Jemput bayik" Renja: "Sebenarnya tuh gue orang sabar, tapi temenan sama manusia kayak kalian, sold out dah sabar gue, udah gue sale semua sisa sabar...