"Sini Na bantuin" Ucap Naran saat melihat jia mulai berkemas memasukan beberapa barangnya kedalam koper
"Apa aja yang mau dibawa? " Tanya Naran
"Cuma yang kecil-kecil aja Na, nanti yang besar-besar dipaketin" Jia
"Oke kalau gitu, oh ya tumblernya udah diambil belum? Renja ada didapur, tanya koko soalnya dia yang nyimpen" Naran
"Oh iya! Ji ambil dulu" Jawab jia bergegas menuju dapur
Setelah kepergian jia, gerakan tangan naran yang memasukkan barang-barang jia kedalam koper pun terhenti.
Tes
Setetes air matanya jatuh tepat dibaju jia, laki-laki kelinci itu beralih menggigit bibir bawahnya untuk manahan isakan tangisnya, khawatir jia akan ikut menangis jika dia menangis. Jujur naran masih tak percaya dan tak terima jika jia akan pergi, bolehkan Naran egois menahan adik bungsunya itu agar tetap disini? bagaimana dengan team juvenile mereka? 7 orang atau tidak sama sekali.
"Lo beneran pergi ji? " Lirih Naran dengan air mata yang semakin turun deras
Seseorang yang sejak tadi mengamati dari balik pintu kamar hanya menghela nafas dalam, ikut menahan rasa sesak didadanya seperti halnya dengan Naran, tapikan dia leader, ia tak boleh menangis dan terlihat lemah, demi para membernya.
Sepasang matanya beralih ke sebuah kamar yang sepi dengan penghuninya, ya sejak kemarin Sam tidak pulang ke apartement setelah mendengar kabar jia yang akan pulang ke korea, bahkan Sam tak datang ke sekolah, membuat semua orang bertanya-tanya tentang keberadaan laki-laki dingin itu.
Beruntung Yasa memiliki nomor handphone Santa, kakak dari Sam, jadi yasa bisa menanyakan keberadaan sahabatnya itu, dan beruntungnya Santa memberi tahu jika sam sedang berada dirumah.
Tentang bagaimana keadaannya Sam, Santa hanya bisa menghela nafas dalam, keadaannya tak baik, Sam terus mengurung diri dikamar dan tak mau bicara dengan siapapun.
"Koko!! " Pekik jia sambil memeluk Renja dari belakang, buru-buru renja menghapus air mata yang sejak tadi terus membasahi pipinya
"Kenapa Jia? Laper? Mau koko masakin? " Tanya Renja sambil memeluk Jia
Jia menggeleng namun setelah itu keningnya berkerut samar.
"Koko kenapa wajahnya merah terus sembab? " Tanya Jia khawatir
Renja menggeleng "Gue habis motong bawang merah jadi matanya kepedesan" Renja
"Ohhh gitu, mau tanya dimana tumblernya jia" Jia
"Oke, koko ambilin, lo duluan aja ke kamar nanti koko anterin" Renja
"Otew.. " Jia berbalik dan hendak menuju kamar, namun dia berpapasan dengan Hesa yang menenteng sebuah kresek putih
"Sasa!" Panggil Jia menghampiri Hesa
"Habis dari mana? " Tanya Jia sambil minta digendong Hesa
"Habis dari minimarket, beli ice cream" Jawab Hesa beralih menggendong jia
"Mau, boleh? " Jia
"Boleh dong, kita makan bareng! " Ajak Hesa lalu memangku jia di sofa ruang tengah
"Enak? " Tanya Hesa setelah menyuapi Jia
"Enak, makasih Sasa.. " Senang Jia menunjukkan gummy smilenya
Hesa menganguk lalu memeluk jia erat, sibungsu tak tahu jika Hesa memeluknya karena ingin menyembunyikan air matanya, Hesa tak mau sibungsu melihatnya menangis
Orang berbeda, ditempat yang berbeda, mereka sama-sama menangis karena alasan yang sama.
-Mangun Karsa-
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Juvenile : MANGUN KARSA
Novela JuvenilKisah kami yang penuh dengan ketidaksempurnaan ~ ayo kita sempurnain bareng-bareng! Yasa: "Biasalah Jemput bayik" Renja: "Sebenarnya tuh gue orang sabar, tapi temenan sama manusia kayak kalian, sold out dah sabar gue, udah gue sale semua sisa sabar...