✨
Seohyun baru memasuki hutan saat matahari berada pada sudut enam puluh lima derajat dari permukaan bumi. Masih ada waktu untuk menemukan empat hewan yang diminta dalam berburu.
Baru sepuluh meter dari hulu, seorang berpakaian pengawal istana datang menghadang. Lengkap bersama kuda yang dinaiki.
"Selamat sore Putri Seohyun."
Seohyun segera menerima hormat. Sedikit bingung dengan keberadaan pengawal tersebut.
"Maaf atas ketidaknyamanan Putri Seohyun. Kami adalah utusan dari istana. Bertugas untuk menilai keterampilan anda dalam berburu, dan benar-benar memastikan jika Putri berhasil mendapatkan keempat hewan yang ditentukan."
"Oh..." Seohyun mulai paham, dan menyambut keberadaan pengawal tersebut dengan senang hati.
"Silakan melanjutkan ujian, Putri."
Seohyun mengangguk dengan senyum tipis. Kemudian kembali memacu kudanya untuk lebih memasuki hutan. Sebelah tangan bersiap dengan anak panah. Matanya memandang jeli di berbagai sisi. Mencari mangsa untuk dieksekusi.
Hanya butuh waktu sembilan puluh menit, tepat saat matahari terbenam, Seohyun mampu melumpuhkan targetnya. Rusa, babi hutan, bebek liar, dan terakhir burung pegar. Ketepatan memanahnya sangat tidak diragukan, sehingga di luar jangkauan pun, dalam radius yang cukup jauh, Seohyun mampu mendapatkan hewan tersebut.
"Keempat hewan sudah didapatkan Putri Seohyun. Ujian berburu di hutan ini telah selesai. Putri Seohyun bisa segera kembali ke istana untuk efisiensi waktu."
Seohyun mengangguk. Kemudian, membiarkan pengawal itu pergi dengan membereskan hasil buruannya.
Seohyun sempat kebingungan, apa benar ini ujian terakhir yang harus ia selesaikan? Kenapa sepertinya sangat dimudahkan? Ia pikir semua Putri bisa menyelesaikan tantangan ini dengan baik. Apalagi waktu yang diberikan cukup panjang, dan mereka tidak perlu bersusah payah membawa hewan hasil buruan.
Perlahan, Seohyun kembali memasuki perkampungan. Hari berganti gelap, di sepanjang jalan berjejer obor sebagai penerangan.
Saat melewati salah satu rumah warga, terlihat kerumunan yang cukup menyita perhatian Seohyun. Gadis itu menahan kudanya agar berpacu lebih pelan. Pandangan tersebut fokus, membaca situasi yang terjadi. Kemudian, ketika sang netra menangkap sosok perempuan yang tadi pagi ia tolong tengah menangis histeris meringsut di permukaan tanah, Seohyun segera menghentikan kudanya. Ia turun, dan menyempatkan diri bertanya pada seorang warga.
"Ada apa?"
"Putrinya tidak sadarkan diri. Sudah banyak tabib yang datang sedari siang, tetapi tidak ada yang berhasil menemukan penyakitnya. Sekarang, bibi itu sudah tidak memiliki uang lagi, sedangkan putrinya belum juga siuman."
Seohyun mengerti. Setelah berterima kasih, gadis itu mencoba membelah kerumunan untuk menemui sang pemilik hunian. Waktunya ia rasa cukup untuk sekedar membantu sebisa yang ia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kingdom of Quantum
Fanfiction✨ Keselarasan adalah kunci utama bagi setiap insan untuk mempertahankan alam semesta. Berbagai cara dilakukan agar seluruh faktor kehidupan saling mendukung dan memberikan kemakmuran serta kedamaian. Menceritakan bagaimana seorang Putri salah satu...