Saat bel pulang sekolah berbunyi, suasana SMA Antasena mulai ramai dengan para siswa yang bergegas meninggalkan kelas. Suara langkah kaki yang tergesa-gesa, obrolan riuh rendah dari siswa-siswa yang saling berpamitan, serta gemuruh motor dan mobil yang bersiap-siap mengantar mereka pulang mengisi udara sore itu. Aleia—atau Everalda yang kini berada di tubuh Aleia—berdiri di depan kelas dengan raut wajah bingung.
"Kemana gue harus pulang?" gumamnya pelan, menatap sekeliling.
Aleia menyadari satu hal yang sangat penting: dia tidak tahu di mana rumah Aleia Chrystella. Di dalam novel The Gliterring Crown, latar belakang Aleia tidak pernah dijelaskan secara rinci. Tidak ada yang tahu di mana dia tinggal atau siapa keluarganya. Semua detail kecil yang biasanya diabaikan di sebuah cerita fiksi, kini menjadi masalah besar bagi Aleia yang terjebak di dalam dunia novel ini.
“Ya ampun, gimana ini?” bisiknya cemas, merasa semakin tersesat di tengah keramaian siswa yang mulai meninggalkan sekolah.
Setelah beberapa saat berdiri tanpa tujuan, Aleia memutuskan untuk menuju halte bis depan sekolah. Mungkin, pikirnya, ada supir pribadi atau orang lain yang menjemput Aleia seperti yang biasa terjadi di novel. Dia duduk di bangku halte dengan harapan seseorang akan mengenalinya dan membawanya pulang.
“Semoga aja ada yang jemput,” katanya dalam hati, mencoba menenangkan dirinya.
Waktu berlalu, namun tak ada tanda-tanda orang datang untuk menjemputnya. Aleia mulai merasa semakin cemas. Apa yang harus dia lakukan? Dia tidak tahu siapa yang bisa dia hubungi atau ke mana dia harus pergi. Sementara itu, para siswa sudah mulai berkurang, dan halte mulai sepi.
Tiba-tiba, suara mesin motor mendekat. Aleia mendongak dan melihat seorang pria muda dengan seragam SMA Antasena mendekatinya. Motor itu berhenti sejenak di depan halte, dan pria itu melirik ke arahnya. Mata tajamnya dan rahang tegasnya membuat Aleia tersentak. Pria itu adalah Maverick Maxwell—karakter antagonis pria di novel!
"Apa dia ngeliat gue?" pikir Aleia panik. Maverick dikenal sebagai karakter yang penuh masalah dan selalu menjadi duri dalam kehidupan Maureen dan Raphael di dalam novel. Tapi, kenapa dia melirik ke arah Aleia? Bukankah Maverick tidak punya urusan dengan karakter figuran seperti Aleia Chrystella?
Maverick tetap duduk di motornya, melirik Aleia untuk beberapa saat sebelum akhirnya melajukan motornya perlahan. Aleia menarik napas lega, meskipun masih bertanya-tanya kenapa Maverick memerhatikannya. Apa mungkin dia mencurigai sesuatu? Atau mungkin, dia tahu sesuatu tentang Aleia yang tidak pernah diungkapkan dalam novel?
“Kenapa malah dia yang muncul,” gumam Aleia, menatap motor Maverick yang semakin jauh. “Gue nggak siap kalau harus berurusan sama dia.”
Aleia kembali duduk, merasa semakin bingung. Kini bukan hanya masalah pulang yang menghantuinya, tapi juga perasaan was-was karena Maverick sudah memperhatikannya. Dengan perasaan tidak tenang, Aleia hanya bisa menunggu, berharap ada jawaban tentang apa yang harus dia lakukan selanjutnya.
Aleia semakin lama semakin mengantuk setelah menunggu di halte selama berpuluh menit. Jalanan depan SMA Antasena yang tadinya ramai dengan siswa pulang sekolah kini mulai sepi. Hanya beberapa kendaraan yang melintas, membuat suasana menjadi sunyi. Matanya perlahan mulai terpejam, tapi pikirannya tetap bekerja, merenungi situasi yang sedang dihadapinya.
“Gimana bisa gue ketemu dua karakter antagonis yang seharusnya gue hindari?” batinnya. “Maverick dan Celeste udah mulai memperhatikan gue. Gue nggak mau terlalu terlibat sama alur cerita. Gue cuma pengen jadi penonton, bukan pemeran utama.”
Aleia merasa pusing memikirkan semua ini. Di dunia novel The Gliterring Crown, dia hanya ingin menghindari karakter utama dan menjalani kehidupan normal sebagai figuran. Tidak lebih. Tapi, apa yang terjadi justru sebaliknya. Dua karakter antagonis kini seolah memberi perhatian lebih padanya, meskipun dia berusaha untuk tidak terlibat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Silent Invasion
Teen FictionKetika Everalda membuka mata dan menyadari dia berada di dunia fiksi ini, hatinya langsung panik. "Ini... di mana gue?" bisiknya sambil mengedarkan pandangan, bingung dengan lingkungan barunya. Suara riuh dari luar ruangan semakin membuatnya penasar...